Makna Cinta yang Sejati

1310

Siapa yang Pantas kita Cintai?

Jika ukurannya adalah mencintai makhluk Allah, siapakah yang pantas kita cintai? Mari merujuk pada sebuah kisah dalam sebuah hadits, Anas bin Malik mengatakan: “Pada suatu hari, orang Arab pedalaman bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang hari kiamat. “Kapan datang hari kiamat?” tanyanya. Lalu, beliau balik bertanya, “Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menyambut kedatangannya?” Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.” Nabi Saw. bersabda, “(kalau begitu) Anta ma`a man ahbabta (engkau akan bersama orang yang engkau cintai).” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639).

Dalam riwayat lain Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi Saw.: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).” Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka,” (HR. Bukhari no. 3688).

Menurut An-Nawawi (pengarang syarah Shahih Muslim), hadits ini menerangkan keutamaan cinta kepada Allah dan rasul-Nya serta juga cinta kepada para penggiat kebaikan, baik mereka yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Berdasarkan hadits di atas, masih pantaskah jika kita mencintai makhluk Allah Swt. selain Rasulullah Saw? Kalau pun ada, apakah mereka pantas kita cintai dan kita banggakan karena amal perbuatannya di hadapan Allah Swt?

Islam mengajarkan kepada kita untuk memilih sosok yang pantas kita cintai, kita idolai. Ukurannya, bukanlah ketampanan, keindahan fisik, popularitas, kekayaan, atau sisi-sisi materalistik lainnya. Ukuran sebenarnya adalah seberapa besar kedekatan sosok yang kita idolai tersebut kepada Allah Swt. Seberapa besar sosok yang kita cintai tersebut benar-benar mencintai Allah Swt. dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dalam Surah Al-Fatihah yang berulang-ulang dibaca saat shalat, kita senantiasa meminta agar diberikan “Jalan Lurus”, yakni jalannya orang-orang yang Allah anugerahi kenikmatan, bukanlah orang-orang yang Allah murkai dan disesatkan. Kategori orang-orang yang Allah anugerahi kenikmatan inilah yang semestinya kita cintai dan kita idolai. Lalu, siapakah mereka? Allah Swt. menjawabnya dalam QS. Annisa ayat 69:

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid (syuhada), dan orang-orang saleh (shalihin). Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.”

Subhanallah! Allah Swt. sendiri menunjukkan kepada kita, siapa yang pantas kita cintai, kita idolai, dan kita jadikan teman. Tentu saja, cara kita mencintai mereka berdasarkan cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here