Mahasiswa Peraih IPK 3.94 UIN Ar-Raniry, Bohongi Orangtua untuk Kuliah

1954

Di mata keluarga dan sahabat

Menjadi mahasiswa terbaik tak melulu harus menjadi seseorang yang kemudian kurang dalam nilai sosial. Ariga merupakan sosok yang sangat mudah bergaul di kalangan teman-temannya. Bahkan ia mengaku, awal menginjakkan kaki ke Ibu Kota Provinsi Aceh, ia menetap di tempat tinggal salah satu sahabatnya.

“Awal saya ke Banda Aceh, saya tinggal sama sahabat saya. Maulana namanya. Itu dari semester satu, kemana-mana dia yang selalu antar saya. Sampai pas semester tiga saya beli sepeda hasil uang beasiswa. Baru pas semester lima akhirnya orangtua memutuskan untuk membelikan sepeda motor. Di situ saya mulai lebih jauh lagi beraktivitas,” ujarnya.

Ariga yang sejak kecil telah menunjukkan tingkat kecerdasan yang berbeda dari anak-anak seusianya tentu menjadi obat untuk keluarga, terlebih ibunya.

“Dari kecil udah keliatan beda, kalau diajak kemana-mana dia pintar. Orang di kampung juga tau sifatnya,” kata Siti Kurnia.

Menurutnya, dirinya sempat tidak mengizinkan Ariga melanjutkan pendidikan tinggi bukan disebabkan ia tak mendukung pendidikan anak. Ia mengaku dirinya tak lagi muda dan kerap sakit. Sehingga takut tidak bisa membiayai kuliah Ariga.

“Usia saya udah tua, udah sering sakit. Nggak sanggup kerja lagi. Karena dari dulu udah kerja berat. Apa aja saya lakuin selama halal untuk biaya pendidikan anak. Tapi untuk kuliah, saya merasa tidak sanggup. Cuma pas tau dia dapat beasiswa. Saya dukung, karena dia udah punya niat,” katanya.

Aktifitas yang padat, kuliah, organisasi serta bekerja nyatanya tidak membuat dirinya dijauhi oleh teman-temannya. Ariga kerap bergabung di sela waktu kosong, atau mengisi acara yang dilakukan oleh organisasinya. Namun demikian, di mata para sahabatnya, Ariga merupakan sosok yang sangat tertutup.

“Kalau bicara tentang Ariga, berbicara tentang sosok yang misterius. Sebab yang pertama dia itu susah ditebak. Karena tiba-tiba saya dapat kabar dia udah di Thailand, udah di sini, udah di sini lagi. Tau-tau udah wisuda. Bahkan yudisiumnya kapan aja saya nggak tau. Tapi Ariga memang sosok pekerja keras, dan sangat mudah berorganisasi,” kata Abdullah yang merupakan sahabat dekat Ariga.

Prestasi yang pernah diraih

Ariga tak hanya meraih prestasi akademik saja. Ia juga kerap meraih prestasi non akademik. Dirinya kerap menjadi pembawa acara dalam berbagai kegiatan baik dalam kampus maupun di luar kampus, seperti pembawa acara pada pionir tahun 2017 sekaligus MC dan Presenter Kementerian Agama.  Ia juga merupakan Wakil Dua Duta Wisata Aceh Tengah tahun 2017.

“Alhamdulillah ada beberapa prestasi yang pernah diraih. Pernah ikut program studi banding dari Masjid Raya Baiturrahman, ke Malaysia, Thailand, dan Singapura,” kata Ariga.

Selain itu, ia juga kerap menjuarai debat hukum di berbagai event. Saat ini Ariga juga telah bergabung di Kejaksaan Tinggi Aceh, sebagai Pramubhakti bidang Pidana Khusus.

Dilansir website resmi UIN Ar-Raniry, bulan Juni mendatang, ia juga akan melakukan kunjungan ke Amerika selama tiga bulan sebagai peserta dalam Internasional Camp Staff Program of Boys Scout of America (ICPS).

Baginya, kuliah tetaplah nomor satu meskipun banyak melakukan kegiatan lain. Yang terpenting adalah gemar mencari informasi, dan juga mengatur waktu dengan baik.

“Tujuan awal tetap kuliah, jadi kita fokus kuliah. Tapi nggak menutup kemungkinan untuk aktif di tempat lain. Saya juga bergabung di Himpunan Mahasiswa Prodi, dan banyak organisasi lainnya. Dan saya merupakan salah satu orang yang selalu membuat jadwal. Bahkan dari mandi, makan dan sebagainya saya selalu tulis. Kalau sudah saya lakukan saya ceklis,” ujarnya. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here