Mahasiswa Peraih IPK 3.94 UIN Ar-Raniry, Bohongi Orangtua untuk Kuliah

1946
Mahasiswa Peraih IPK 3.94 UIN Ar-Raniry, Selamat Ariga (Foto: UIN Ar-Raniry)

Banda Aceh, Muslim Obsession – Suasana haru menyelimuti gedung besar yang dipenuhi oleh mahasiswa dan tamu undangan.

Hari itu menjadi langkah akhir mereka di kampus biru, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh. Setiap wisuda memang menjadi momen, di mana banyak air mata yang tumpah.

Melihat anaknya menyandang gelar sarjana merupakan impian dan harapan setiap orang tua. Air mata haru melihat putra-putri mereka mengenakan baju toga. Lebih-lebih ketika salah satunya ternyata menjadi mahasiswa terbaik se-Universitas tempat mereka menuntut ilmu selama ini.

Selamat Ariga misalnya, mahasiswa asal Aceh Tengah ini merupakan mahasiswa terbaik UIN Ar-Raniry dengan IPK 3.94, pada wisuda semester ganjil tahun akademik 2018/2019. Ia menjadi sarjana lulusan Hukum Pidana Islam dalam waktu tiga tahun setengah.

Kisahnya untuk melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) hingga menjadi mahasiswa terbaik se-UIN Ar-Raniry tidaklah mudah. Ia bahkan sempat membohongi kedua orangtuanya hanya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Ariga merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara yang dibesarkan dan dididik dalam keluarga petani kopi di daerah tempat tinggalnya.

Keadaan ekonomi tak membuatnya patah arang dalam menuntut ilmu. Meski kedua orangtuanya tidak mengizinkan dirinya untuk melanjutkan pendidikan S1.

“Dulu orang tua enggak kasih saya kuliah, karena keadaan ekonomi. Orangtua takut enggak ada biaya. Orangtua takut kalau nanti akhirnya saya kecewa karena harus putus kuliah di tengah jalan,” kata Ariga di sela-sela prosesi wisuda semester ganjil TA 2018/2019, Selasa lalu 26 Februari 2019 di Auditorium Prof Ali Hasjmy, Darussalam Banda Aceh.

Niatnya melanjutkan pendidikan, bahkan memaksa dirinya untuk berbohong. Ia membohongi kedua orangtuanya bahwa telah menerima beasiswa.

“Waktu itu bohong sama orangtua. Bilang ke orangtua kalau udah dapat beasiswa. Padahal waktu itu belum dapat. Tapi pokoknya yakin aja. Sampai ngajak kepala sekolah untuk ikut bohongin orangtua. Saya mohon-mohon, nangis-nangis. Pokoknya harus bisa kuliah. Awalnya kepala sekolah enggak mau. Tapi ternyata di depan orangtua saya. Kepala sekolah bilang kalau saya memang sudah dapat beasiswa,” katanya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here