Oleh: Ustadz Buchory Muslim (Ketua Lembaga Komunikasi dan Penyiaran Islam PP PARMUSI, Direktur An-Nahl Institute Jakarta, Ketua DPP Partai UMMAT)
Alif Lám Mïm…hanya Allâh yang paling tahu apa maknanya. Namun, kita masih tetap bisa mencerna artinya.
Kita masih dapat memetik hikmah dan mengambil apa pelajarannya. Kita masih dapat mengambil isyarat di dalamnya
Kita ini masih bisa terlihat menarik, karena baju dan pakaian yang kita pakai. Kita masih terlihat gagah, karena seragam dan uniform sehari-hari.
Tapi, ketika saatnya tiba. Jangankan nanti maut yang menjemput pada waktunya, saat roda sudah berputar lagi, saat pangkat sudah tak ada lagi, saat itu—waktu itu—semoga belum terlambat, semoga kita sudah bertaubat.
“Huduu, ithmainnuu, laa ta’ajjaluu…” Tenang, selow, jangan tergesa-gesa. Begitulah di antara pesan Rasûllãh ﷺ dalam haji, shalat, dan lainnya.
Thuma’ninah bahkan jadi syarat penting agar mendapatkan shalat yang sempurna. Tenang menjadi hal yang sangat urgent dalam banyak hal.
Dalam menghadapi hidup, menghadapi cobaan, menghadapi sesuatu yang dapat membuat marah dan lainnya, ketenangan sangat diperlukan untuk menjaga dan menstabilkan energi kita.
Tenang dibutuhkan dalam mengeluarkan potensi terpendam kita. Dengan tenang kita merasakan energi lain dalam diri kita.
Dan anugerah energi lanjutan dari Sang Maha Pemberi energi. Semoga dengan ketenangan kita menemukan new power dan esensi hidup.
Thuma’ninah dalam shalat akan memberikan dampak ketenangan dalam menghadapi hidup, apalagi sedang menghadapi ujian, cobaan, bencana, malapetaka, dan lainnya.
Tenanglah, semoga Allâh ﷻ segera memperliahtkan kuasa-Nya dalam membungkam kezhaliman dan memusnahkan kebathilan.
Tapi, perlu diingat, tenang bukan diam! Namrudz baru tumbang setelah bergeraknya Nabiyullâh Ibrâhîm, Fir’aun akan tumbang, setelah tampil gagahnya Nabiyullâh Mûsá عليهما السلام.
Jadi, harus diingat, ‘bergeraklah’ tapi tetap tenang!
والله أعلم وبارك الله فيكم
