Kisah Sahabat Nabi yang Menjaga Kehalalan Makanan untuk Keluarganya

9297

Muslim Obsession – Alkisah, ada salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama Abu Dujanah. Ia seorang sahabat yang ketika selesai shalat selalu langsung pulang dengan tidak membaca doa. Ia pun tidak menunggu Rasulullah selesai membaca doa.

Perilaku Abu Dujanah ini diketahui Rasulullah, sehingga suatu ketika beliau bertanya ke Abu Dujanah.

“Apa yang menyebabkan demikian wahai Abu Dujanah?”

Abu Dujanah kemudian menjawab, “Ini karena ada pohon kurma yang menjuntai di pekaranganku. Pohon ini bukan milikku. Jadi aku buru-buru membersihkannya dan kurma itu aku serahkan kepada pemiliknya, yakni tetanggaku (dikenal sebagai seorang tokoh munafik)”.

“Aku melakukannya tanpa sedikitpun diberi imbalan. Dan hal ini aku lakukan juga agar anak-anakku tidak memakan kurma tersebut karena kurma itu tidak halal untukku. Tapi suatu ketika aku jumpai anakku sudah lebih dahulu bangun dan kulihat dia tengah memakan kurma tersebut. Maka aku datangi anakku dan aku masukan tanganku untuk mengeluarkan kurma tersebut dari mulutnya. Namun saking kencangnya, anakku menangis berlinangan air mata. Begitulah ya Rasulullah,” jelas Abu Dujanah.

Mendengar kisah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis dan kemudia beliau memanggil tokoh munafik tersebut. Kepadanya Rasulullah berkata:

“Maukah kamu jika aku minta kamu menjual pohon kurma yang kamu miliki itu? Aku akan membelinya dengan sepuluh kali lipat dari pohon kurma itu. Pohonnya terbuat dari batu zamrud berwarna biru. Disirami dengan emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada.”

Begitu tawaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, lelaki yang dikenal sebagai gembong munafik ini lantas menjawab dengan tegas, “Aku tak pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo. Aku tidak mau menjual apapun kecuali dengan uang kontan dan tidak pakai janji.”

Tiba-tiba Sayidina Abu Bakar As-Shiddiq RA datang. Ia lantas berkata, “Ya sudah, aku beli dengan sepuluh kali lipat dari harga kurma yang paling bagus di kota ini.”

Mendengar ini, orang munafik tersebut berkata kegirangan, “Baiklah, aku jual pohon ini.”

Setelah sepakat, Abu Bakar menyerahkan pohon kurma kepada Abu Dujanah saat itu juga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda: “Hai Abu Bakar, aku yang menanggung gantinya untukmu.”

Mendengar sabda Nabi ini, Sayidina Abu Bakar bergembira bukan main. Begitu pula Abu Dujanah.

Sedangkan si munafik berlalu. Ia berjalan mendatangi istrinya. Lalu mengisahkan kisah yang baru saja terjadi.

“Aku telah mendapat untung banyak hari ini. Aku mendapat sepuluh pohon kurma yang lebih bagus. Padahal kurma yang aku jual itu masih tetap berada di pekarangan rumahku. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu dan buah-buahnya pun tidak akan pernah aku berikan kepada tetangga kita itu sedikit pun.”

Malamnya, saat si munafik tidur terjadi peristiwa yang tak diduga. Pohon kurma yang berada di pekarangan rumah si Munafik itu berpindah posisi. Pohon kurma itu kini berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah.

Seolah-olah tak pernah sekalipun tampak pohon tersebut tumbuh di atas tanah si Munafik. Tempat asal pohon itu tumbuh, rata dengan tanah. Saat terbangun pagi harinya, si Munafik keheranan.

Kisah ini dapat diambil pelajaran, yakni betapa hati-hatinya sahabat Rasulullah, Abu Dujanah, menjaga diri dan keluarganya dari makanan yang haram.

Sesulit apapun hidup, seberat apapun hidup, seseorang tidak boleh memberikan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya dari barang haram.

Wallahu a’lam bish Shawab.


Kisah di atas dinukil Ustadz Syamsuri Halim dari kitab “I’anatuth Thalibin” karya Abu Bakar bin Muhammad Syatha ad Dimyatiy (w. 1302 H), diterbitkan di Beirut, Lebanon, cet I, 1997, juz 3, halaman 293.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here