Kisah Adzan Pitu di Cirebon yang Mampu Hancurkan Wabah Penyakit

1445
Adzan Pitu
Kumandang adzan Shalat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilakukan oleh 7 muadzin (istimewa).

Muslim Obsession – Masyarakat Cirebon memiliki kisah menarik tentang keberhasilan menangkal wabah penyakit. Kisah itu hingga saat ini diabadikan dengan Adzan Pitu yang selalu dikumandangkan saat Shalat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Di masjid yang berada dalam lingkungan komplek Kesultanan Kasepuhan itu Adzan Pitu menjadi daya tarik para wisatawan atau peziarah untuk mengikuti Shalat Jumat.

Seperti namanya, Adzan Pitu dikumandangkan oleh muadzin sebanyak tujuh orang secara bersama-sama.

Lalu, bagaimana kisahnya?

Dilansir detikcom, wabah penyakit pernah dibuat oleh salah seorang yang sakti mandraguna, namanya Menjangan Wulu. Peristiwa itu konon terjadi di era Sunan Gunung Jati, salah seorang Wali Songo yang juga merupakan Sultan Cirebon saat itu.

(Baca juga: Jejak Wali Songo di Masjid Agung Sang Cipta Rasa)

Rupanya, Menjangan Wulu kesal karena banyak warga Cirebon yang tertarik dengan dakwah Sunan Gunung Jati dan memeluk agama Islam. Terlebih melihat Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang selalu sesak dengan jamaah untuk melaksanakan shalat secara berjamaah.

Menjangan Wulu yang kesal kemudian mencari tahu apa sebab orang-orang masuk Islam. Hingga kemudian diketahui bahwa karena suara adzan yang merdu mayarakat berbondong-bondong masuk Islam.

Akhirnya, menjelang Subuh wabah itu pun ditebar Menjangan Wulu. Akibatnya muadzin yang hendak mengumandangkan adzan terserang penyakit yang diciptakannya.

Penyakit itu terus mewabah dan menyerang setiap muadzin yang hendak mengumandangkan adzan di Masjid Agung Sang Cipta. Dampaknya, orang-orang enggan menjadi muadzin, lantaran takut terserang penyakit dan meninggal.

Peristiwa itu berlangsung beberapa lama, hingga istri Sunan Gunung Jati bernama Nyi Mas Pakung Wati memiliki inisiatif dan mengutarakan ide agar adzan dikumandangkan oleh lebih dari satu muadzin.

Ide Nyi Mas Pakung Wati pun langsung dilaksanakan, dimana adzan dikumandangkan oleh dua orang secara bersama-sama. Namun sayangnya, dua orang muadzin itu pun langsung sakit akibat serangan Menjangan Wulu yang ternyata menaruh racun di lingkungan masjid.

Akhirnya Nyi Mas Pakung Wati memberikan instruksi agar adzan dikumandangkan oleh tujuh orang sekaligus.

Dan ternyata, ketika tujuh muadzin mengumandang adzan, mereka tidak mendapatkan serangan penyakit apapun. Adzan berhasil dikumandangkan dan ketujuhnya selamat.

Namun sesaat adzan dikumandang, terdengar suara ledakan yang kencang dari atap masjid. Rupanya ledakan itu dari racun yang dibuat Menjangan Wulu dan menghancurkan segala wabah yang ditebarnya.

Konon, Adzan Pitu itu terus dilanjutkan setiap shalat lima waktu. Namun setelah diyakini serangan wabah penyakit yang ditimbulkan dari racun Menjangan Wulu sudah hilang, Nyi Mas Pakung Wati menginstruksikan agar Adzan Pitu dikumandangkan hanya saat Shalat Jumat.

Untuk mengabadikannya, Adzan Pitu masih dikumandangkan hingga saat ini setiap Shalat Jumat.

Yang menarik, Adzan Pitu tidak bisa dikumandangkan oleh sembarang orang. Ketujuh muadzin merupakan orang-orang yang bertugas secara turun-temurun. Seorang muadzin merupakan anak atau cucu dari muadzin sebelumnya, terus demikian.

Sekadar diketahui, dalam catatan sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa awalnya bernama Masjid Pakung Wati karena memang dibangun untuk dipersembahkan bagi istri Sunan Gunung Jati tersebut. Nama masjid kemudian berubah sekitar tahun 1970. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here