Khofifah: Rajut Persaudaraan Jatim dan Papua Tumbuh Subur

781

Surabaya, Muslim Obsession – Dalam mempererat dan memperkuat kembali hubungan persaudaraan dengan warga Papua, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa melakukan penanaman bibit tanaman khas Papua yakni pohon Matoa. Kegiatan tersebut dipusatkan di halaman Edu Park, komplek Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

Khofifah mengatakan kegiatan ini memiliki pesan simbolis, bahwa Jatim dan Papua adalah bersaudara, dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dibuktikan dengan tumbuh suburnya buah Matoa di Jatim, seperti di Jombang, Kediri, dan Surabaya.

“Pesan kita adalah persaudaraan, bahwa apa yang tumbuh di Papua, kita juga mencoba menanam di sini seperti Matoa, dan ternyata tumbuh dengan subur berbuah lebat. Mudah-mudahan persaudaraan kita juga tumbuh subur dan baik,” kata Khofifah, seperti dilansir dari NU, Ahad (1/9/2019).

Khofifah mengaku, ide awal penanaman pohon Matoa itu terinspirasi saat berada di Kediri, ia melihat pohon khas Papua tersebut berbuah dengan sangat lebat.

“Saya akhirnya terinspirasi menanam pohon Matoa di sini. Tapi karena waktunya sangat pendek, saya minta tolong untuk dicarikan di Surabaya. Alhamdulillah dapat.  Hari ini, kita juga berbagi buah ini, karena belum semua mengetahui seperti apa pohonnya, bentuk buahnya serta  rasanya,” ujarnya.

Usai menanam bibit Matoa, perempuan yang pernah menjabat Menteri Sosial RI ini juga berkesempatan melepas peserta Jalan Sehat Bershalawat dalam rangka memperingati Tahun Baru 1 Muharram 1441 H. Kegiatan juga merupakan rangkaian Peringatan Hari Besar Islam Provinsi Jatim, di halaman luar Masjid Al-Akbar Surabaya.

Dalam sambutannya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU ini menyampaikan, peringatan 1 Muharram bertujuan untuk memperingati perjuangan Rasulullah SAW. Yakni dalam membangun persemaian kehidupan yang lebih baik yang dibangun di atas pilar keberagaman dalam harmoni dan toleransi.

Artinya, imbuh Khofifah, jika kemarin masih ada ketertinggalan, maka sekarang kita harus bergerak kearah yang lebih maju. “Jika ada yang miskin, maka kita harus bergerak untuk menyejahterakan, dan jika ada yang belum terdidik, maka kita harus bergerak untuk mencerdaskan,” ungkapnya.

Dalam pandangannya, tahun baru Hijriah merupakan penanda perjuangan Rassulullah untuk  meningkatkan harkat dan martabat manusia.

“Nuansa tahun baru Hijriah ini sangat scientific, ketika kita memperingati perjuangan Rasulullah SAW sampai hijrah dari Makkah ke Yastrib yang kemudian dikenal dengan kota Madinah sesungguhnya referensi  penting bagi kita khususnya warga bangsa Indononesia yang sangat beragam seperti keberagaman warga kota Madinah tetapi dapat hidup rukun harmoni,” pungkasnya. (Way)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here