Ketum Parmusi: Seluruh Mantan Panglima TNI Jangan Berpangku Tangan, Selamatkan NKRI

3668
Usamah Hisyam (kanan) saat menyerahkan replika buku "SBY Sang Demokrat" kepada Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, dan Agus Harimurti Yudhoyono saat launching pada 2004 silam. (Foto: istimewa).

Jakarta, Muslim Obsession – Ketua Umum PP Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) Usamah Hisyam mengimbau agar seluruh mantan Panglima ABRI/TNI tidak berpangku tangan, dalam situasi dan kondisi negara yang berpotensi tergelincir ke dalam situasi darurat.

Pasalnya, jelas Usamah, meskipun mereka sebagian besar tidak lagi menduduki jabatan strategis dalam pemerintahan, tetapi sikap patriotik dan pemikirannya sangat diperlukan untuk penyelamatan NKRI.

“Mereka itu jenderal-jenderal terbaik yang pernah dimiliki bangsa, dan telah mendapatkan penghargaan tertinggi dalam pengabdian tugasnya sebagai panglima. Jadi sangat wajar bila negara terancam situasi darurat, mereka berkumpul untuk memberikan kontribusi penyelamatan negara sebagai wujud dari jiwa patriotik seorang prajurit,” tandas Usamah, Senin (12/7/2021).

BACA JUGA: Bahas Sikon Darurat Nasional, Parmusi Gelar Rakornas

“Alhamdulillah, saya sudah komunikasi dengan beberapa di antara mereka, sangat setuju, akan dikondisikan,” ungkapnya.

Saat ini terdapat sejumlah jenderal bintang empat dan pernah menduduki jabatan Panglima ABRI/TNI.

Mereka adalah Jenderal Try Sutrisno, Jenderal Wiranto (kini Ketua Dewan Pertimbangan Presiden), Jenderal Fachrul Razi (mantan Wakil Panglima TNI) Laksamana Widodo AS, Jenderal Endriarto Sutarto, Jenderal Moeldoko (Kepala Staf Presiden), Marsekal Djoko Suyanto, Laksamana Agus Suhartono, dan Jenderal Gatot Nurmantyo.

“Bila mereka didudukkan dalam satu meja bundar, saya yakin mereka mampu memberikan pandangan-pandangan strategi darurat dalam upaya penyelamatan bangsa,” tutur Usamah.

Bila mana mengamati dinamika perang dingin di era global, imbuhnya, pada satu sisi terdapat negara super power yang hendak mempraktikkan neoliberalisme, sedangkan pada sisi lain terdapat negara yang hendak membangun kekuatan ekonomi baru dunia melalui jalur sutera One Belt One Road (OBOR), sehingga Indonesia menjadi sasaran empuk untuk global intelligent operation untuk membangun kekuatan ekonomi dan pertahanan regional di kawasan Asia Pasifik dengan mempengaruhi pembangunan oligarki ekonomi bersama korporasi nasional.

Karena itu, lanjutnya, situasi dan kondisi darurat sosial di dalam negeri di era PPKM Darurat, apalagi negara sudah nyaris bangkrut dengan utang-utangnya, tak boleh dibiarkan begitu saja.

“Banyak pimpinan Parmusi dan Ormas bertanya kepada saya. Ketum, untuk penyelamatan utang dan negara, kalau kita harus memilih apakah pro Amerika atau China, bagaimana? Saya jawab, kita harus pro NKRI, bukan RRT atau USA. Kita luruskan kiblat bangsa, sesuai makna Sila Pertama Pancasila 18 Agustus 1945, bersandar kepada Kalimat Tauhid,” ujarnya.

Ia menegaskan, potensi terjadinya darurat sipil yang bisa meningkat menjadi darurat negara, sudah mulai dirasakan di berbagai daerah. Hampir setiap hari, rakyat kecil dibenturkan dengan aparat keamanan di jalan-jalan.

BACA JUGA: Surati Presiden, Ketum Parmusi: Akan Datang Adzab Allah Bagi Pemimpin yang Zhalim

Rakyat kecil, khususnya para Pedagang Kaki Lima dihambat untuk berdagang, sementara tak ada yang menjamin kebutuhan sosial mereka. Konflik dan kericuhan terjadi di mana-mana. Rakyat kecil semakin sulit menjalani kehidupan.

Yang lebih parah, atas nama PPKM Darurat, kebutuhan spiritual golongan mayoritas Islam untuk beribadah ke masjid dibatasi, umat menjadi marah. Sementara para elit oligarki politik ekonomi sibuk melakukan transaksi vaksin, boleh jadi mengeruk keuntungan dari dana APBN.

“Semua ini by design, kontra intelijen, yang dapat menggiring negara ini tergelincir dalam kondisi darurat,” tandas mantan wartawan di Mabes TNI pada era 1990-an ini.

Dalam kondisi seperti sekarang, tegasnya, dua pilar civil society harus bersatu padu secara solid dan kompak, yakni semua komponen umat Islam dan prajurit purnawirawan yang masih memiliki semangat dan jiwa patriotik bangsa. Apalagi, kelahiran tentara nasional dibidani oleh laskar-laskar Hisbullah di era perang kemerdekaan.

“Umat Islam harus tetap bersatu bersama TNI, khususnya Angkatan Darat, sekalipun mereka sudah pensiun,” tandas mantan wartawan di Mabes TNI ini yang dikenal juga sebagai penulis biografi resmi Jenderal Feisal Tanjung, Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono, dan Laksamana Widodo AS tersebut. (Mam)

2 KOMENTAR

  1. Saya juga beeharap meski meragukan mereka (Jenderal yg sdg duduk dikekuasan ) mau duduk semeja demi Rakyatnya…..Demi Rakyat NKRI….apalagi Demi Rakyat nya yang Muslim….

  2. Dengan kondisi diketatkan spt ini saja Rumah2Sakit sdh kewalahan mengatasi Pandemi Covid 19 ini. Carilah solusi bukan antipati thd kebijakan negara. Lihat kenyataan yg ada, pakai data dan logika, sampaikan solusi yg lebih baik.

    Nyawa setiap warga negara wajib dilindungi dari ancaman Pandemi ini.

Tinggalkan Balasan ke Rizal Lubis Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here