Ketum Parmusi: Jokowi Masih Kuat, Mau Jadi Presiden Jangan Instan

1016
Ketua Umum Parmusi H. Usamah Hisyam saat membuka Rapat Kerja Daerah Parmusi Kota Bekasi di Kompleks Perguruan Islam Darussalam Kota Bekasi Selasa (1/9/2020).

Bekasi, Muslim Obsession – Ketua Umum Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) H. Usamah Hisyam mengingatkan kader-kader Parmusi untuk fokus terhadap paradigma baru dengan memprioritaskan politik peradaban melalui gerakan dakwah ilallah membangun Desa Madani.

Bukan sebaliknya, terpengaruh oleh gerakan politik kekuasaan untuk menjatuhkan pemerintah sah yang konstitusional hasil pemilu 2019 melalui gerakan instan dengan alasan tak puas dengan kinerja pemerintah.

Usamah menegaskan hal tersebut di hadapan kader-kader Parmusi dalam Pembukaan Rapat Kerja Daerah Parmusi Kota Bekasi di Kompleks Perguruan Islam Darussalam Kota Bekasi Selasa (1/9/2020).

Menurut Usamah, situasi dan kondisi dunia saat ini mengalami kesulitan ekonomi global. Demikian pula di Asia Tenggara. Bahkan Malaysia dan Singapura sudah mengalami krisis ekonomi. Padahal penduduk Malaysia hanya 32 juta, sedangkan Singapore hanya 5,8 juta jiwa.

“Penduduk Indonesia itu sekitar 260 juta jiwa. Tapi kita patut bersyukur, sekalipun kondisi ekonomi sulit, pemerintah masih berupaya memberikan bantuan sosial dan stimulus ekonomi kepada 40 juta rakyat miskin dan yang terdampak Covid-19 melalui tujuh jenis bantuan,” ungkap Usamah.

Seharusnya, imbuh Usamah, semua elemen masyarakat bersatu saling bahu membahu untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19. Kader Parmusi, tak boleh kendor dalam menggerakkan dakwah ilallah. Apalagi pasca Muktamar akhir September 2020 nanti, program dakwah Desa Madani harus terus berjalan.

“Kita harus bangkit, kita harus bergerak, agar bangsa kita mendapat ridha Allah subhanahu wa ta’ala,” tandas Usamah.

Ia mengungkapkan, saat ini ada sekelompok orang, sejumlah tokoh politik, intelektual, jenderal, dan aktivis yang berupaya membentuk gerakan moral (moral force) yang ujungnya ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah.

“Saya katakan, kalau dia itu seorang jenderal, pasti bukan seorang prajurit yang ksatria. Karena kalau seorang prajurit yang ksatria itu, paham aturan, cinta kepada rakyatnya. Tak mungkin ia ingin menciptakan kerusuhan di negeri ini dengan berambisi menjatuhkan pemerintah yang sah. Ini kan bisa memicu konflik horisontal, bangsa kita bisa terpecah belah. Presiden Jokowi itu masih kuat secara pilitik, konstitusional, dan masih kuat di akar rumput,” tegas Usamah.

Bila seorang jenderal ingin jadi presiden, kata Usamah, dia harus berjiwa seorang prajurit ksatria, memasuki gelanggang politik kekuasaan dengan mengikuti mekanisme dan prosedur konstitusional. Di antaranya dengan mendirikan parpol, galang pendukung, cari parpol pengusung untuk menjadi capres, lantas ikut pamilihan presiden yang sah, seperti dilakukan Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Jangan instan. Tak pernah berjuang di jalur politik, mau jadi presiden,” tandas Usamah.

Tokoh inspirator Parmusi, H. M. Natsir yang sangat diteladani Parmusi, lanjut Usamah, banyak memberikan keteladanan yang harus dicobtoh kader-kader Parmusi.

Ketika bangsa ini menghadapi krisis politik di era Republik Indonesia Serikat (RIS) yang akan membawa Indonesia menjadi 16 negara bagian, jelas Usamah, Pak Natsir berkeliling Indonesia menemui para tokoh daerah dan mempersatukannya.

“Pada awal 1950, Pak Natsir sebagai Ketua Fraksi Partai Masyumi berpidato di parlemen agar seluruh komponen bangsa bersatu dalam satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semua utusan daerah dan golongan setuju, ketok palu. Itulah yang kemudian dikenal dengan Mosi Integral Mohammad Natsir sehingga lahir NKRI dengan susah payah,” cerita Usamah.

Ketika Partai Masyumi bubar atas desakan pemerintah pada awal 1960, Pak Natsir yang telah berjasa terhadap NKRI menyikapi carut marutnya pemerintahan Orde Lama Sukarno, terus berjuang secara konstitusional.

“Pak Natsir mengajarkan kepada kira, kalau dulu berdakwah melalui jalur politik, sekarang berpolitik melalui jalur dakwah. Maka mari kita kembangkan dakwah ilallah gerakan Desa Madani sebagai gerakan politik peradaban,” kata Usamah.

Bahkan di awal Orde Baru, lanjut Usamah, Natsir menginisiasi lahirnya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan sejumlah tokoh eksponen Partai Masyumi mendirikan partai politik Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) yang kini menjadi ormas Persaudaraan Muslimin Indonesia.

Ia meminta seluruh kader Parmusi fokus dengan gerakan politik peradaban yang telah diputuskan dalam Mukernas. “Kalau ada dua tiga orang kader Parmusi yang ikut-ikutan sang jenderal, ya itu hak mereka pribadi, yang penting saya sudah mengingatkan,” pungkasnya. (Mam)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here