Ketua Umum Parmusi: Pemerintah Jangan Takut Dihantui Islamophobia

1687

Lampung, Muslim Obsession – Fokus Menteri Agama Fachrul Razi yang akan menindak para ulama penyebar paham kebencian atau radikalisme di tengah umat, mendapat respons dari Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) H. Usamah Hisyam.

Usamah menyatakan, menteri agama tak perlu berlebihan mencap seseorang  radikal apalagi mengaitkan radikalisme dengan Islam. Menurutnya, pemahamam itu sudah salah. Sebab, tidak ada istilah radikalisme dalam Islam karena pemahaman itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

“Islam itu tidak mengenal radikalisme, Islam itu agama yang rahmatan lil alamin yang ajarannya penuh kebajikan. Jadi penetapan radikalisme itu harus terukur, jangan gegabah apalagi kalau sampai menuding ulama radikal. Itu gak ada,” jelas Usamah di acara Musyawarah Wilayah Parmusi Lampung, Sabtu (26/10/2019).

Usamah menegaskan, jangan sampai kekhwatiran terhadap perkembangan Islam di Indonesia memunculkan sikap Islamophobia atau ketakutan yang berlebih terhadap segala sesuatu tentang Islam. Padahal ketakutan itu sebenarnya tidak memiliki dasar berpikir yang kuat tentang Islam bahkan lebih disebut mengada-ada.

Usamah menjelaskan, bahwa mereka yang berpaham Islamophobia adalah mereka yang telah memiliki persepsi salah tentang muslim, ber-prasangka buruk kepadanya, dan menyatakan bahwa Islam adalah agama yang penuh kebencian, kekerasan, intoleran dan membatasi umatnya dengan segala larangan-larangan.

“Itu cara berpikir yang keliru, pemahaman ini harus diluruskan. Justru sebaliknya Islam itu agama yang toleran, agama penuh kasih sayang, agama cinta. Jadi pemerintah tak perlu terlampau takut dengan gerakan dakwah Islam di masyarakat,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Usamah menegaskan dalam konteks apapun baik agama maupun dalam konteks umum perlu ada pemahaman yang komprehensif tentang radikalisme agar pemerintah tak gegabah melakukan penanganan. Sebab radikalisme tidak hanya bisa dikaitkan dengan agama, tapi perilaku berbangsa, perilaku sosial juga bisa memiliki bagian-bagian yang berpotensi radikal.

“Orang-orang kaya yang menumpuk hartanya, dia jahat dengan orang miskin, menindas orang miskin, menguasai ekonomi untuk kepentingan pribadi dengan mengabaikan hak-hak masyarakat itu juga bisa disebut sebagai radikalisme ekonomi,” tandasnya.

Usamah menjamin, seluruh Dai Parmusi di Indonesia tidak ada yang radikal. Semua Dai Parmusi berjuang di jalan dakwah untuk menegakkan kalimat Tauhid Ilallah di masyarakat. Keberadaan mereka justru diperlukan oleh pemerintah dan aparat dalam rangka membangun akhlak masyarakat yang baik, beriman, cerdas dan peduli terhadap persoalan sosial keumatan.

“Karena itu saya menilai bahwa agama dan institusi kegamaan atau ormas Islam apa pun itu, harus bisa menjadi kekuatan yang mencerdaskan, mendamaikan, memajukan, serta menyatukan. Bahkan berperan membela nilai-nilai rohani dan keadaban yang baik,” tandas Usamah.

Dalam kesempatan itu, Usamah didampingi Daisy Astrilita Ketua Majelis Penasehat PP Muslimah Parmusi, Ketua Umum PP Muslimah Parmusi Nurhayati Payapo, Bendahara Parmusi Dewi Achyani, Wakil Lembaga Dakwah Parmusi (LDP) Pusat Ustadz Buchori Abdul Shomad dan Ketua PW Parmusi Lampung Iman Santoso. (Albar)

2 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here