Ketua DPD RI Yakin Pelajaran Agama Bisa Tangkal Penyebaran Radikalisme di Medsos

Derasnya informasi melalui media sosial, kerap diiringi dengan masuknya paham radikalisme hingga terorisme.

549
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (Foto: istimewa)

Jakarta, Muslim Obsession – Generasi muda menjadi sasaran derasnya informasi melalui media sosial. Parahnya, derasnya informasi itu sering dibarengi dengan masuknya paham radikalisme hingga terorisme.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengatakan bahwa untuk mengantisipasinya bisa melalui pelajaran agama di sekolah-sekolah. LaNyalla meyakini pelajaran agama bisa menjadi penyaring untuk meredam penyebaran paham-paham tersebut.

LaNyalla menyampaikan hal tersebut untuk menanggapi penelitian Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

BACA JUGA:

Promosikan UMKM ke Jepang, Ketua DPD RI Apresiasi BI

Utang Indonesia Membengkak, Ketua DPD Ajak Masyarakat Optimistis

Santri di Ponorogo Tewas Dikroyok, Ketua DPD: Tidak Semestinya Itu Terjadi

Penelitian tersebut menyebutkan jika potensi radikalisme paling berbahaya masuk melalui dunia digital maupun media sosial (medsos), karena mudah dijangkau warga khususnya anak-anak hingga remaja.

“Konten-konten yang memuat teror dan ujaran kebencian sangat banyak tersebar di media sosial dan memiliki potensi yang signifikan terhadap paham-paham radikalisme dan terorisme. Ini harus menjadi perhatian serius,” tutur LaNyalla, Rabu (30/6/2021).

FKPT Kalsel menyatakan, potensi paham-paham tersebut dilihat dari dimensi pemahaman ada sebesar 6,1%, dimensi sikap sebanyak 23,7% dan dimensi tindakan sebanyak 1,3%. Artinya, jumlah masyarakat yang tidak mengerti terhadap paham-paham itu, atau sekedar ikut saja, cukup tinggi.

Dari penelitian tersebut diketahui jika indeks potensi radikalisme cenderung ada pada kalangan gen Z, dan mereka yang aktif di internet dan sosial media. Hasil penelitian yang menyebut 86% generasi Z menerima informasi keagamaan dari internet.

BACA JUGA: Berkaca pada Kasus ZA, LaNyalla Ingatkan Milenial Rentan Terpapar Aksi Terorisme

“Maka upaya penangkalan harus dilakukan secara serius dan sedini mungkin. Jadi sangat tepat penangkalan potensi teroris melalui pemahaman pembelajaran agama di sekolah,” ujar LaNyalla.

Senator asal Jawa Timur ini menambahkan, mayoritas masyarakat dengan literasi rendah menerima informasi begitu saja tanpa mencari informasi pembanding. Minimnya literasi  juga berpotensi memicu provokasi seperti penistaan agama dan ujaran kebencian.

“Anak-anak senang menonton YouTube dan mengakses informasi melalui kanal media sosial. Hal ini yang harus dikhawatirkan. Karena, anak-anak bisa terpapar konten yang berisi ajakan teror. Tentu hal itu mempengaruhi pikiran dan tindakan mereka, maka perlu penyeimbang informasi agar anak tidak langsung menyerap informasi yang mereka dapat secara mentah-mentah,” paparnya.

BACA JUGA: RMI Ingatkan Terorisme adalah Kejahatan yang Berkedok Agama

Dikatakan LaNyalla, sekolah memiliki peran penting yang dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran agama agar tidak keliru. Hal tersebut dapat dilakukan melalui muatan dalam kurikulum pendidikan agama.

“Peran guru agama di sekolah sangat penting memberikan pengarahan untuk menangkal potensi radikalisme kepada generasi penerus bangsa, dengan memberikan bobot materi pembelajaran untuk mengimbangi informasi yang keliru yang tersebar melalui konten-konten media sosial,” jelas LaNyalla.

Ia mengatakan, sekolah bisa bekerja sama dengan instansi-instansi yang bertugas dalam upaya penangkalan radikalisme dan terorisme, seperti Polri, TNI, hingga BNPT.

“Buatlah program berkelanjutan di tingkat sekolah hingga perguruan tinggi sekaligus sebagai upaya tracing untuk menumpas penyebaran paham radikalisme pada generasi Z,” tutup Mantan Ketua Umum PSSI itu. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here