Ketika Kata Mampu Ubah Kelemahan Jadi Kekuatan

573

Oleh: Hendrajit (Pengkaji Geopolitik, dan Direktur Eksekutif Global Future Institute)

Marcus Tullius Cicero dianggap rakyat Romawi sebagai bapak bangsa. Sehingga tiga serangkai oligarki Julius Caesar, Pompey dan Crassus, tidak berani berhadapan langsung dengan tokoh kharismatik tersebut.

Mereka memakai cara meminjam tangan orang lain untuk jadi tukang gebuk. Yakni Catilina dan belakangan setelah konspirasi Catilina terbongkar, diteruskan oleh Cloudius.

Maka munculnya dua agen proksi itu, Catilina dan Clodius, ditugaskan untuk menyusun persekongkolan tiga serangkai oligarki itu untuk melawan Cicero yang misi sesungguhnya adalah melumpuhkan Romawi sebagai sebuah republik dan menggantikannya dengan sistem diktator.

BACA JUGA: Demokrasi, Barang Abstrak di Indonesia

Untuk merobohkan benteng pertahanan dan palang pintu Romawi sebagai republik, berarti harus melumpuhkan dan mematikan Cicero yang waktu itu merupakan Konsul utama senat Romawi. Kalau sekarang semacam Ketua Perlamen yang menguasai mayoritas kursi DPR.

Hikmah yang menginspirasi politik hingga sekarang adalah betapa Cicero telah menyadarkan kita bahwa ketika politisi berjiwa negarawan bertekad maju ke pentas politik tanpa uang, tanpa ikatan dengan darah biru, dan tanpa dukungan massa, namun kata-kata mampu menciptakan kenyataan baru. Mampu mengubah kelemahan jadi kekuatan. Dan mampu menciptakan ada dari ketiadaan.

BACA JUGA: Orang Sukses adalah…

Inilah yang menakutkan amat sangat bagi tiga serangkai oligarki Julius Caesar, Pompey dan Crassus. Kelicikan politik ala Caesar, kedigdayaan kekuatan militer ala Pompey dan kekuatan uang ala Crassus, takluk oleh kekuatan kata dan wacana dari Cicero.

Kok bisa? Riwayat hidup Cicero yang disusun oleh Tiro, sekretaris pribadinya yang mendampinginya hingga akhir hayat, menyiratkan sebuah fakta penting.

Selain ketajaman pikiran dan analisisnya, Cicero juga seorang yang menghayati ilmu kerohanian yang amat mendalam, sehingga intuisinya dalam membimbing keputusan bersejarah Cicero dalam keadaaan genting, selalu tepat dan strategis.

Meski akhirnya merugikan dirinya sendiri. Namun pada akhirnya dimenangkan oleh sejarah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here