Karena Masalah Warna Kulit, Bangsa Aborigin Lebih Memilih Islam

5286
Suku Aborigin Muslim (Foto: mvslim)

Muslim Obsession – Pribumi-Australia atau biasa disebut bangsa Aborigin-Australia atau Ambon-Australia adalah penduduk asli/awal benua Australia dan kepulauan di sekitarnya, termasuk juga mencakup Tasmania dan kepulauan selat Torres.

Bentuk fisik orang Aborigin-Australia mirip orang Papua, karena memang keturunan orang Papua yang menjelajah ke benua Australia, sekitar 40.000 tahun lalu.

Dalam perkembangannya, bentuk fisik mereka saat ini rata-rata lebih kecil dan lebih pendek dari orang Papua. Rambut mereka juga keriting, tetapi sebagian warnanya sudah kemerah-merahan atau coklat pucat, sedangkan warna kulit mereka gelap.

Tahukah Anda, sejarah panjang Aborigin Australia dengan budaya dan agama Islam masih sangat tidak diketahui. Padahal, mereka telah berdagang, menikah dan bersosialisasi dengan komunitas Muslim selama lebih dari 300 tahun.

Nelayan dari Makassar di Sulawesi Selatan bahkan telah melakukan perjalanan ke utara dan barat laut Australia sejak awal tahun 1700-an untuk mencari siput laut. Seiring waktu, selain perdagangan, warisan agama juga ikut ditinggalkan.

Lebih dari sekadar isyarat politik, mereka kemudian masuk Islam untuk memperbaiki bekas luka psikologis. Satu penelitian yang dilakukan oleh Peta Stephenson, menunjukkan bahwa ada berbagai tradisi dan norma yang serupa antara masyarakat adat dan Islam.

Misalnya, sikap dalam Islam terhadap lingkungan, menyerupai sikap Aborigin Australia. Al-Quran menyatakan bahwa Anda tidak boleh menyia-nyiakan apa yang tidak Anda butuhkan. Aborigin Australia memiliki cara berpikir yang sama, di mana air dan makanan dipandang sebagai sesuatu yang berharga.

Selain itu, dikutip dari mvslim, Kamis (30/1/2020) orang-orang Aborigin menyatakan bahwa mereka tertarik pada Islam, sebagai cara untuk menyembuhkan dari rasa sakit psikologis yang mereka alami pasca kolonialisme.

Bagi mereka, para misionaris Kristen memaksakan semacam mono-kulturalisme pada mereka, yang disebut idealisme ‘putih’. Laki-laki Aborigin dipandang sebagai ‘lelaki kulit hitam yang marah’ dan untuk dipandang beradab, seseorang harus masuk Kristen dan beradaptasi dengan norma-norma penjajah kulit putih.

Sementara itu, kata mereka, Islam mengakui bahwa manusia diciptakan di berbagai bangsa dan suku dan bahwa semua manusia adalah sama. Alasan itu juga lah yang membawa mereka memilih memeluk Islam. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here