Jejak Wali Songo di Masjid Agung Sang Cipta Rasa

6211

Masjid Sang Cipta Rasa

Bangunan utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki 9 pintu sebagai simbol Wali Songo yang turut berkontribusi dalam proses pembangunannya. Pintu utama masjid ini berada di sisi timur dan sejajar dengan mihrab. Hanya saja, pintu utama ini nyaris tak pernah dibuka kecuali pada saat Shalat Jum’at, Shalat hari raya, dan peringatan hari-hari besar Islam.

Sementara 8 pintu lainnya ditempatkan di sisi kanan dan kiri. Kedelapan pintu itu berukuran sangat kecil dibandingkan ukuran normal sebuah pintu, sehingga bisa memaksa orang dewasa untuk menunduk saat akan masuk ke dalam masjid. Kecilnya kedelapan pintu itu, sejatinya, merupakan simbol penghormatan dan kerendah-hatian seorang muslim saat memasuki masjid.

Keunikan lainnya juga banyak ditemuai di Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Salah satunya adalah adanya sokoguru yang berjumlah 12 tiang. Semua tiang tersebut terbuat dari kayu jati dengan diameter sekitar 60 sentimeter dan tinggi mencapai 14 meter. Karena usia masjid yang sudah mencapai lebih dari 500 tahun, saat ini seluruh sokoguru di dalam masjid ditopang dengan rangkaian besi baja.

Adzan Pitu
Kumandang adzan Shalat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilakukan oleh 7 muadzin (istimewa).

Tak hanya karena bernilai sejarah, Masjid Sang Cipta Rasa juga sering dikunjungi karena adanya Banyu Cis Sang Cipta Rasa. Konon, selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga bisa digunakan untuk menguji kejujuran seseorang.

Satu hal paling unik di Masjid Sang Cipta Rasa adalah adanya tradisi ‘adzan pitu’. Yaitu pelaksanaan kumandang adzan yang dilakukan oleh tujuh orang sekaligus secara bersamaan. Kini, adzan pitu masih tetap dilaksanakan di Masjid Sang Cipta Rasa menjelang Shalat Jumat oleh tujuh muadzin yang mengenakan pakaian serba putih.

Cerita seputar adzan pitu ini rupanya menarik untuk disimak. Alkisah, pada zaman dahulu, warga Cirebon diserang oleh Aji Menjangan Wulung yang datang menebarkan petaka. Petaka itu datang jelang dilaksanakannya shalat Subuh dan membuat beberapa muazin yang hendak mengumandangkan azan tewas olehnya.

Untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, Sunan Gunung Jati memerintahkan tujuh orang muazin mengumandangkan azan secara bersamaan.

Masjid Sang Cipta Rasa ini juga diketahui pernah terhindar dari pemboman para penjajah. Konon, di masa penjajahan, berulang kali pasukan Belanda sengaja menjadikan masjid ini sebagai target pemboman. Namun, niat itu tak pernah berhasil. Bom-bom yang diarahkan ke Masjid Sang Cipta Rasa justru menghantam obyek lain.

Teranyar, pada Februari 2010 lalu, masjid ini kembali menjadi target usaha pengeboman oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Salah seorang pengurus masjid menemukan bungkusan bom rakitan di dalam masjid sehari setelah puncak perayaan maulid Nabi. Namun, atas kehendak Allah, bom rakitan tersebut tidak meledak meski pemicu bom itu kabarnya sudah dinyalakan. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here