Jangan Tidur Sebelum Jawab Pertanyaan Ini

1917

Jakarta, Muslim Obsession – Dosen Tasawuf dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta Dr. Fahruddin Faiz dalam setiap kajiannya di Masjid Jenderal Sudirman, selalu mengajak kepada para jamaah untuk selalu bermuhasabah.

Muhasabah sangat penting dilakukan sebagai bentuk intropeksi atau koreksi terhadap diri sendiri atas segala perbuatan, ucapan, bahkan pikiran yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyebut waktu bermuhasabah yang baik adalah setelah ibadah, dan sebelum tidur.

Karenanya, ia mengajak kepada para jamaahnya agar jangan tidur sebelum menjawab pertanyaan diri sendiri sebagai bentuk muhasabah. Lalu apa yang ditanyakan?

“Tanyakan hari ini aku salah apa? Dalam hal apa aku melakukan kekeliuran? Apa yang sudah aku lakukan? Apa yang aku lalaikan, padahal harus aku lakukan? Coba tanyakan hal itu aku sudah melakukan apa? Aku sudah melakukan kekeliuran apa? Kata Ustadz Fahruddin, dalam akun youtube M Chanel yang dikutip Muslim Obsessin, Rabu (8/7).

“Jangan tidur sebelum kamu jawab pertanyaan-pertanyaan ini. Itu namanya muhasabah,” tambahnya.

Kalau dalam hidup sering kali melakukan kesalahan, Fahruddin meminta kepada siapa pun untuk terbiasa menghukum diri sendiri atau memberikan peringatan terhadap diri sendiri. “Itu penting untuk melatih ego kita, nafsu kita agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan,” jelasnya.

Tak lupa sebelum tidur ustadz Fahrudddin juga meminta kepada siapa pun untuk sering-sering bertanya dalam diri sendiri “Siapa sebenarnya dirimu? Darimana kamu? Dan kemana sebenarnya tujuan hidup? Atau kemana kamu akan kembali?

Pertanyaan ini juga merupakan bentuk muhasabah, agar manusia ingat kepada asal penciptaan, ingat kematian, ingat bahwa hidup ini sejatinya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Menurut Fahruddin pertanyaan seperti itu bagus ditanyakan pada diri sendiri setiap akan tidur.

Fahruddin dalam kajian itu juga menyebut ada kisah seorang wali yang sangat hobi menulis catatan dosanya di atas kertas sebagai bentuk muhasabah. Setiap dosa dan kesalahan selalu ia catat dalam kertas. Ia pun merasakan penyesalan dan tidak mengulangi lagi.

“Kamu boleh coba beli buku, setiap kamu salah, kamu tulis dibuku itu. Jadi kaya semacam catatan harian. Dosa dan kesalahanmu dalam sehari apa saja? Kamu tulis. Nanti kamu liat dalam sebulan hitung dosa dan amalmu banyak mana kira-kira? Kata Fahruddin disambut tawa.

“Pasti banyak dosanya pak! hahahaha,” tertawa.

“Nanti kamu juga akan tahu, cek dalam sebulan. Oh ternyata dosa terbanyakku, suka ngomongin kejelekan orang. Suka bikin berita hoax, suka cari konten-konten jorok. Macem-macem nanti kamu akan tahu sendiri. Belajar jadi malaikat Raqib dan Atid,” tutur Fahruddin.

Singkat cerita wali yang suka mencatat dosanya itu bukunya ilang. Dia lalu sibuk mencari catatan dosanya itu tapi tidak ketemu. Dalam ceritanya itu, ia kemudian didatangi malaikat. Malaikat perkata kepada “Allah telah mengampuni dosamu, karena kehati-hatianmu, keseriusanmu untuk tidak terjebak dalam dosa selanjutnya yang sama.”

“Coba kamu gitu, sapa tahu kamu didatangi malaikat,” canda Fahruddin. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here