Jangan Merendahkan Orang Lain

2151

Oleh: Ustadz Syamsuri Halim (Pimpinan Majelis Dzikir Ibnu Halim)

Di Ramadhan Karim ini saya membaca kitab Imam Al-Qusayrie yang bernuasa Sufiyah. Sebuah kitab yang cukup tua untuk dibaca dengan bahasa Arab di Abad Pertengahan.

Diriwayatkan dari Syekh Abdul Wahab bin Abdil Majid Al-Tsaqofy, beliau bercerita:

Di suatu hari aku melihat ada janazah yang sedang di pikul tiga orang laki-laki dan satu perempuan tua menuju pemakaman.

Aku tidak tega melihat seorang perempuan tua ikut memikul janazah, maka aku menggantikannnya dan kami terus jalan menuju pemakaman.

Setelah sampai di kuburan, kami mensholati dan menguburkan janazah tersebut.

Lalu aku bertanya kepada perempuan tua tadi, “Siapa mayit ini? Apa hubungan dia dengan Anda?”

“Dia itu anak laki-lakiku,” jawab si perempuan.

Kemudian aku bertanya lagi, “Apakah engkau tidak punya tetangga?”

“Oh… Aku punya banyak tetangga. Namun mereka meremehkan dan mengucilkan anakku,” sahutnya.

“Kenapa dia!?” tanyaku keheranan.

Kemudian si ibu menjawab dengan rasa sedih, “Dia itu mukhonnits (anak bencong)”.

Aku sangat kasihan terhadap si perempuan tua tadi, maka aku ajak dia ke rumah, dan aku beri uang, beras dan pakaian.

Pada malam hari di saat aku sedang tidur, aku bermimpi. Ada seorang laki-laki mendatangiku, wajahnya bersinar bagaikan bulan purnama, ia memakai baju putih-putih, dia sangat berterima kasih kepadaku.

Aku bertanya, “Siapa Anda ini?”

Dia menjawab, “Akulah anak bencong yang engkau kuburkan tadi siang. Allah Azza wa Jalla telah merahmatiku lantaran orang-orang telah meremehkan dan mengucilkan aku.”

[القشيري، عبد الكريم، الرسالة القشيرية، ٢٦٤/١]

وَرَوَى عَن عَبْد الْوَهَّاب بْن عَبْد المجيد الثقفي قَالَ رأيت جنازة يحملها ثلاثة من الرجال وامرأة
قَالَ فأخذت مكان المرأة وذهبنا إِلَى المقبرة فصلينا عَلَيْهَا ودفناها
فَقُلْتُ للمرأة من كَانَ هَذَا منك فَقَالَت ابني قُلْت: أَوْ لَمْ يكن لكم جيران قَالَتْ: نعم ولكنهم صغروا أمره
فَقُلْتُ: وأيش كَانَ هَذَا فَقَالَتْ: مخنثا
قَالَ: فرحمتها وذهبت بِهَا إِلَى منزلي وأعطيتها دراهم وحنطة وثيابا ونمت تلك الليلة فرأيت كَأَنَّهُ أتاني آت كَأَنَّهُ القمر ليلة البدر وعليه ثياب بيض فجعل يتشكر لي فَقُلْتُ من أَنْتَ فَقَالَ: المخنث الَّذِي دفنتموني اليوم رحمني ربي وعَزَّ وَجَلَّ باحتقار النَّاس إياي

Dari cerita di atas, kita bisa ambil hikmah bahwa:

Janganlah mudah merendahkan orang lain, apalagi sampai mencaci maki dan memvonisnya sebagai orang yang jelek, walaupun orang tsb berkelakuan buruk, kita tidak tahu yang sebenarnya, mungkin sekali dia itu lebih baik di sisi Allah SWT daripada kita, sebagaimana firman Allah SWT:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقٰبِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمٰنِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim,” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).

Allah SWT berfirman:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang,” (QS. Al-Hujurat [49]: 12).

Ingat!! Janganlah mudah mengolok-olok orang lain, lebih-lebih yang kita hujat dan yang kita olok-olok adalah seorang ulama. Itu sangat berbahaya.

ذلك سبب لحلول البلاء والانتقام.

Itu menjadi penyebab turunnya bala’ dan adzab Allah SWT.

لحوم العلماء مسمومة
وإن من أطلق لسانه في العلماء بالثلب ابتلاه الله تعالى قبل موته بموت القلب

Daging para ulama beracun. Dan sungguh orang yang melepas omongan caci makian terhadap para ulama’ akan Allah Ta’ala adzab dia dengan matinya hati sebelum ia mati.

Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang bertaqwa yang bisa menjaga lisan, jauh dari mengolok-olok dan mencaci maki orang lain. Aamiin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here