Isa Al-Masih

“Ingatlah ketika Allah berfirman: 'Wahai ‘Isa, Aku sesungguhnya mewafatkanmu, mengangkatmu kepada-Ku mensucikan engkau dari orang-orang kafir dan menjadikan pengikutmu berada di atas orang-orang kafir sampai hari kiamat. Kemudian kepada-Ku kalian akan kembali, lalu Aku memutuskan apa yang diperselisihkan di antara kalian.’ (Q. Ali 'Imran 55).

875

Oleh: Prof. Dr. Rifyal Ka’bah, M.A*

Berbeda dengan keyakinan Kristen, ‘Isa bagi umat Islam adalah salah seorang nabi yang diutus Allah kepada Bani Israel.

Namanya adalah al-Masih ‘Isa ibnu Maryam. Masih adalah kata Ibrani dan Arab yang berarti ‘Christos’ (Kristus) dalam bahasa Yunani, yaitu dinobatkan (‘onointed’) dengan upacara kesucian keagamaan. Orang kudus dan raja di zaman lampau selalu dinobatkan oleh Allah sebagai utusan kepada Bani Israel (Q. Ali ‘Imran :49).

Sedangkan ‘Isa berasal dari kata Esau, yang merupakan penyimpangan dari kata Suryani ‘Yeshu’’ (Shorter Ency. of Islam, hlm. 173). Atas dasar ini, orang Kristen Arab menyebut ‘Isa dengan ‘Yasu’’ dan orang Barat menyebutnya Jesus.

Al-Masih dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja ‘masaha’ (membarut, meraba, melap, menghilangkan dan lain-lain). Kata ‘masaha’ juga dipakaikan untuk pengertian mengolah tanah dan berjalan.

Ada beberapa pendapat dalam perbendaharaan bahasa Arab kenapa ‘Isa dinamakan sebagai al-Masih. Pertama, ia dinamakan demikian, karena ia adalah seorang pejalan, yang suka berjalan dan berkelana sebagai kebiasaan masyarakat pada masanya.

Kedua, ia dinamakan demikian, karena ia adalah seorang peraba atau pembarut yang sering meraba atau membarut orang sakit sehingga mendatangkan kesembuhan dengan izin Allah.

Ketiga, kata ‘masih’ berasal dari kata Ibrani ‘masyuh’ lalu dalam dialek Arab disebut masih. ‘Masyuh’ adalah sebutan untuk ‘Isa dalam bahasa Ibrani, persis seprti sebutan ‘Musya’ untuk Musa.

Keempat, dinamakan al-Masih karena dari dirinya telah dilap atau dihapuskan semua sifat tercela. Dalam hal ini, ad-Dajjal dinamakan juga al-Masih, karena dari dirinya telah dilap atau dihapuskan semua sifat terpuji (Al-Ashfahani, hal 387-388).

‘Isa ibnu Maryam berarti ‘Isa putera Maryam. Namanya dihubungkan kepada nama ibunya, Maryam, karena ia ditakdirkan lahir tanpa ayah sebagai bukti kebesaran Allah bahwa Ia mampu menciptakan manusia tanpa proses alami melalui perkawinan ayah dengan ibu. Kejadian ‘Isa tanpa ayah persis seperti kejadian Adam yang juga diciptakan Allah tanpa ayah (Q. Ali ‘Imran 59).

Bahkan kejadian Adam sebenarnya lebih menggemparkan karena ia diciptakan tanpa ayah dan ibu sekaligus. Adam langsung diciptakan dari tanah, kemudian kepadanya diucapkan “kun fayakun” sehingga menjadi makhluk bernyawa.

‘Isa adalah seorang yang terhormat (‘wajih’) di dunia dan akhirat serta termasuk ‘muqarrabin’ (orang dekat kepada Allah). (Q. Ai ‘Imran:45). Ia berbicara kepada masyarakat sewaktu masih dalam buaian dan sewaktu telah dewasa, dan ia termasuk orang shalih (Q. Ali ‘Imran:46).

Ia memiliki mukjizat (ayat) dapat menciptakan burung dari tanah liat sehingga terbang dengan izin Allah, menyembuhkan orang yang terlahir buta dan kusta, menghidupkan orang mati, dan dapat mengetahui apa yang dimakan dan disimpan seseorang dirumahnya (Q. Ali ‘Imran:49) (Al-Maaidah: 110).

Ia mengajarkan jalan lurus dan mengatakan: “Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, karena itu sembahlah Ia! Ini adalah sebuah jalan yang lurus.” (Q. Ali ‘Imran: 51).

Ia mempunyai pengikut setia yang sebut ‘hawariyun’ (disciples) yang membantunya menegakkan agama Allah dan memberikan kesaksian bahwa mereka adalah muslimun (Q. Ali ‘Imran: 52). Sebagian Bani Israel beriman kepadanya dan sebagian yang lain menjadi kafir, tetapi Allah mendukung orang yang beriman atas musuh-musuh mereka (Q. An-Nahl: 14).

Allah berfirman kepadanya bahwa Allah mewafatkannya, mengangkatnya kepada-Nya, dan mensucikannya dari orang kafir. Allah menjadikan para pengikutnya teratas dari orang kafir sampai hari kiamat. Allah akan memutuskan hal-hal yang diperselisihkan tentangnya pada hari kiamat (Q. Ali ‘Imran 55).

Allah mengajarkan kepadanya Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil (Q. Ali ‘Imran 48). Misi kerasulannya sangat terbatas, lebih kurang tiga tahun. Karena itu, ia tampaknya tidak dituntut untuk menghadapi problema berbagai segi yang muncul dalam masyarakat dan Negara maju (Yusuf ‘Abdullah ‘Ali, foot note nomor 1861, hlm 599).

Ia membenarkan Taurat yang diturunkan sebelumnya kepada Bani Israel. Kepadanya diturunkan Injil yang berisikan petunjuk, ‘nur’ dan ‘maw’izhah’ untuk orang yang bertaqwa (Q.Al-Maaidah: 46).

Para pengikutnya meminta agar Allah menurunkan hidangan dari langit (maaidah) sebagai perayaan dan peringatan bagi mereka. Allah mengabulkan permintaan itu, dan bila pengikutnya ingkar setelah itu, maka Allah akan memberikan siksaan yang pedih (Q. Al-Maaidah: 112-115).

Ia tidak pernah mengatakan supaya menjadikan dirinya dan ibunya sebagai Tuhan selain Allah (Q.Al-Maaidah: 116). Ia tidaklah Tuhan (Q. Al-Maaidah:17) dan tidak pula anak Tuhan (Q. At-Tawbah: 30).

Ia menyampaikan kepada Bani Israel: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian! Siapa yang memperserikatkan Allah, maka Allah mengharamkan surga kepadanya, dan tempatnya adalah neraka.” (Q. Al-Maaidah: 72).

Telah menjadi kafir orang yang mengatakan bahwa Allah itu adalah al-Masih ibnu Maryam (Q. Al-Maaidah: 17 dan 72).Telah menjadi kafir orang yang mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari yang bertiga (‘tsalitsu-tsalatsah’), yaitu Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruh Kudus. Allah itu adalah Tuhan Yang Esa (Q. Al-Maaidah: 73), dan bukan Tuhan Trinitas.

Ia tidak pernah dibunuh atau disalib oleh para musuhnya. Orang yang dibunuh dan disalib adalah orang yang dimiripkan dengan ‘Isa. Orang-orang yang berselisih pendapat tentang kejadian ini meragukannya. Mereka tidak mengetahuinya secara pasti (‘yaqin’) dan hanya mengikuti perkiraan (‘zhann’) (Q. An-Nisa’: 157).

“Mereka tidaklah membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi ia dimiripkan kepada mereka. Orang-orang yang berbeda pendapat tentang itu, sunguh-sungguh meragukannta. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu selain mengikuti perkiraan, dan mereka tidak membunuhnya secara meyakinkan.” (Q. An-Nisa’:157).

‘Isa ibnu Maryam tidak lain dari seorang rasul dari berbagai rasul yang diutus Allah. Kecuali dipilih sebagai utusan Allah, ia sebenarnya adalah manusia biasa seperti halnya manusia yang lain. Ibunya adalah seorang yang sangat jujur (shiddiqah). Keduanya sama-sama membutuhkan makanan (‘kaanaa ya’kulaani ‘th-tha’aam’) (Q. Al-Maaidah: 75).

Umat Islam akan menemukan orang yang paling memusuhi mereka, yaitu orang Yahudi dan musyrik. Umat Islam juga akan menemukan orang yang lebih dekat dalam kecintaan kepada mereka yaitu orang yang mengatakan dirinya sebagai ‘nashara’.

Mereka itu adalah para padri dan biarawan, dan mereka tidak sombong. Bila mereka mendengar ayat Allah dari Nabi Muhammad, mata mereka berlinang karena kebenaran yang dikandung oleh ayat itu.

Mereka mengatakan: ‘Rabbanaa aamannaa, faktubnaa ma’a ‘sy-syaahidiin’. Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak beriman sedangkan kebenaran telah datang. Wahai Tuhan kami! Kami beriman, dan catatkanlah kami bersama orang yang memberikan kesaksian.” (Q. Al-Maaidah: 82-83).

Allah menanamkan ke dalam hati para pengikut ‘Isa, rasa kasih sayang (‘ra’fatan wa rahmah’) dan sifat kerahiban (‘rahbaaniyyah, monasticism’), yang mreka ciptakan sendiri tanpa ketentuan dari Allah, sedangkan Allah hanya meminta mereka untuk mencari keridhaan-Nya. Di antara pengikutnya ada yang beriman sehingga mendapat balasan dari Allah, tetapi kebanyakan dari mereka menjadi orang fasik (Q. Al-Hadid: 27).

Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Hurairah seperti dilaporkan oleh al-Bukhari disebutkan bahwa ‘Isa al-Masih akan turun ke dunia di akhir zaman. Ia akan menegakkan keadilan sesuai dengan hukum Quran. Ia akan mematahkan salib dan membunuh babi.

Pada masa itu tidak ada lagi jizyah. Kekayaan berlimpah ruah dan tidak ada orang yang menginginkannya. Sujud dalam shalat pada waktu itu akan berharga seluruh dunia dengan segala isinya. Dalam surat an-Nisa’ ayat 159 dikatakan:

“Tidak ada ahlu kitab yang tidak beriman kepadanya sebelum kematiannya dan pada hari kiamat ia akan menjadi saksi bagi mereka.”

Kata “sebelum kematiannya” menurut para mufassir mempunyai dua pengertian. Pertama adalah kematian ‘Isa setelah ia turun dari langit. Kedua adalah kematian ahlu kitab (orang Yahudi atau Kristen) di saat kemunculan malaikat maut yang menyadarkannya akan ‘Isa sebagai rasul dan bukan sebagai Tuhan (Al-Hilali & Muhsin Khan, foot note nomor 2 hlm. 203).

Dapat disimpulkan bahwa al-Masih ‘Isa ibnu Maryam adalah seorang rasul Allah yang diutus secara khusus kepada Bani Israel. Ia bukanlah Tuhan atau anak Tuhan, tetapi manusia biasa yang terhormat dan dekat kepada Allah. Atas kuasa Allah, ia dilahirkan ke dunia melalui rahim perawan Maryam, tanpa ayah.

Ia mempunyai banyak mu’jizat, dapat berbicara semasih dalam buaian, menyembuhkan penyakit buta dan kusta, menghidupkan orang mati, dan mengetahui makanan yang dimakan seseorang atau barang yang disimpan di rumah.

Ia tidak pernah dibunuh atau disalib, tetapi diwafatkan oleh Allah dan diangkat ke sisi-Nya. Pada akhir zaman, ia akan turun lagi ke dunia untuk mematahkan salib, membunuh babi dan menegakkan keadilan berdasarkan hukum Quran.

________

*Almarhum Prof. Dr. Rifyal Ka’bah, M.A. wafat pada Selasa 24 September 2013. Jabatan terakhir adalah Hakim Agung dari Kamar Peradilan Agama Mahkamah Agung RI,

*Dimuat dalam buku “Partai Allah, Partai Setan, Agama Raja, Agama Allah” (Bunga Rampai Pemikiran). Penerbit Suluh Press, Jokyakarta, tahun 2005.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here