Inti Ibadah adalah Akhlak

932

Oleh: Ahmad Tavip Budiman (Komisi I MUI Kota Bogor)

Dalam kitab Musnad Ahmad disebutkan bahwa suatu ketika para sahabat membincangkan seseorang yang mereka kenal sangat shalih dan rajin beribadah di hadapan Rasulullah ﷺ.

Ketika orang yang mereka bicarakan datang, Rasulullah ﷺ bersabda, “Kalian telah membicarakan seseorang yang tampak sentuhan setan di wajahnya”. Rasulullah lalu bersabda, ‘’Sesungguhnya orang itu dan kelompoknya membaca Al-Quran, tetapi bacaan mereka hanya sampai tenggorokannya saja. Mereka telah keluar dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya,” (HR Ahmad).

Hadits di atas dengan jelas menginformasikan kepada kita bahwa inti keberagaman sesorang terletak pada akhlaknya.

Salah satu tujuan dari ritus-ritus peribadatan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebenarnya adalah untuk mengantarkan seseorang pada ketinggian dan kemuliaan akhlaknya.

Ucapan ‘’Allahu akbar’’ yang diulang ulang dalam setiap gerakan shalat dan haji, misalnya, dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa hanya Allah saja yang besar.

Semakin kita sering melaksanakan shalat atau haji maka akan semakin terasa bahwa kita adalah makhluk yang kecil, hina, dan rendah. Setelah itu, maka kita akan semakin dekat kepada Allah dan akhlak kita akan bertambah mulia.

Rasulullah ﷺ berabda, “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar, maka shalatnya hanya akan menjauhkannya dari Allah,” (HR. Ath-Thabrani).

Begitu juga dengan puasa. Ia bertujuan untuk melatih seseorang agar bisa mengendalikan hawa nafsunya dan menundukkannya untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Ketika Rasulullah ﷺ melihat seseorang mencaci maki hamba sahayanya, beliau berkata kepadanya, “Makanlah!” Ia menjawab, “Saya sedang berpuasa”. Rasulullah ﷺ lalu berkata, “Bagaimana engkau berpuasa padahal engkau telah mencaci-maki hamba sahayamu”.

Karena itu, ketika disebutkan kepada Rasulullah ﷺ bahwa ada seseorang yang menghabiskan waktu malamnya untuk beribadah dan waktu siangnya untuk berpuasa, namun ia suka menyakiti tetangganya, Nabi ﷺ bersabda, “Ia tempatnya di neraka,” (HR Tirmidzi).

Seorang yang taat pada agamanya, akan selaras antara apa yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukannya. Ajaran agama ada dalam denyut nadinya, dan menjadi akhlak kesehariannya. Saudaraku, mari kita becermin kembali.

Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here