Ini Alasan Umat Islam Gunakan Kalender Hijriyah

4621

Hijriyah 2

Penamaan bulan Qamariyah

Panamaan bulan Qamariyah yang berlaku saat ini–menurut pendapat yang kuat–telah ada sejak awal abad kelima Masehi. Ada yang mengatakan, bahwa yang menetapkan pertama kali adalah Ka’ab bin Murrah, kakek kelima Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ada lima bulan (Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, dan Ramadhan) yang namanya ditetapkan berdasarkan keadaan musim yang terjadi di bulan tersebut. Rabi’ul Awal dan Akhir diambil dari kata “rabi’” yang artinya ‘semi’, karena ketika penamaan bulan Rabi’ bertepatan dengan musim semi.

Jumadil Ula dan Akhirah, diambil dari kata “jamad”, yang artinya ‘beku’, karena pada saat penamaan bulan ini bertepatan dengan musim dingin, yang saat itu air membeku. Sedangkan Ramadhan diambil dari kata “ramdha’”, yang artinya ‘sangat panas’, karena penamaan bulan ini bertepatan dengan musim panas.

Tujuh bulan lainnya dinamai dengan nama keadaan masyarakat dan siklus sosial. Muharram, dari kata “haram”, yang artinya ‘suci’, karena bulan ini termasuk salah satu di antara empat bulan suci. Shafar, diambil dari kata “shifr”, yang artinya ‘nol’ atau ‘kosong’. Dinamakan “Shafar”, karena pada bulan ini rumah-rumah banyak yang kosong ditinggalkan penghuninya untuk berperang.

Adapun Rajab, secara bahasa artinya ‘mengagungkan’, karena masyarakat jahiliah sangat mengagungkan bulan ini, dan dijadikan sebagai masa sangat terlarang untuk berperang. Karena itu, mereka menyebut bulan ini dengan “Rajab Al-A’sham” (Rajab yang sunyi).

Sya’ban diambil dari kata “sya’bun”, yang artinya ‘kelompok’ atau ‘golongan’. Disebut Sya’ban, karena pada bulan ini masyarakat jahiliah berpencar, membentuk kelompok-kelompok untuk melakukan peperangan, setelah mereka meninggalkan perang di bulan Rajab.

Syawal, diambil dari kata “syalat” yang artinya ‘mengangkat’, karena bulan ini adalah musim di saat unta betina mengangkat ekor mereka karena tidak mau dikawini pejantan. Sementara “Dzulqa’dah” diambil dari kata “al-qa’du”, yang artinya ‘duduk’. Pada bulan ini, masyarakat jahiliah mulai menetap di rumah dan tidak melakukan peperangan, karena bulan ini merupakan awal dari tiga rangkaian bulan haram. Sedangkan Dzulhijjah diambil dari nama ibadah mereka di bulan ini, yaitu berhaji ke Baitullah.

Model penanggalan yang digunakan masyarakat Arab seperti ini berlanjut sampai ke masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan khalifah Abu Bakar Ash-Sidiq radhiyallahu ’anhu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here