Industri Halal Berikan Kontribusi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

895
World Halal Conference (WHC) 2019 (Foto: The Malaysian Reserve)

Malaysia, Muslim Obsession – World Halal Conference (WHC) 2019 yang ke-11 digelar 3-4 April, dalam gelaran tersebut pihaknya memfasilitasi diskusi tentang kebutuhan industri yang terus tumbuh, menyoroti peluang pertumbuhan di pasar halal dan kebutuhan untuk menciptakan energi baru untuk industri.

Saat ini, lebih banyak perusahaan yang aktif dalam makanan halal daripada sektor lain dari ekonomi Islam. Penawaran produk berkembang secara proporsional dengan meningkatnya jumlah bahan bersertifikat halal, dan perusahaan mendiversifikasi portofolio mereka untuk memenuhi selera yang semakin canggih.

Hal ini terbukti dengan adanya Pertukaran Nota Kesepahaman (MoA) antara Corporation Pengembangan Industri Halal (HDC) dan F&N Beverages Manufacturing Sdn Bhd untuk Program Kemitraan Pengadaan Halal selama WHC 2019.

Program ini bertujuan untuk menginternasionalisasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam industri halal melalui kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan besar Malaysia serta perusahaan multinasional. HDC diwakili oleh Wakil Presiden Pengembangan Industri, Hanisofian Alias dan F&N Beverages Manufacturing diwakili oleh Kepala Urusan Halal, Mr Akhtar Husseini Mohd Nor.

Dalam Invest Malaysia Conference 2019, pemerintah Malaysia telah menguraikan strategi makro untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Strategi-strategi ini hanya dapat diwujudkan dengan mendorong produktivitas dan mempromosikan investasi yang berkualitas.

“Dalam hal ini, Konferensi Halal Dunia 2019 menawarkan peluang dalam investasi melalui kerja sama dan kolaborasi lebih lanjut dalam ekonomi halal,” kata Hanisofian Alias seperti dikutip halal focus, Jumat, (5/4/2019).

Industri halal telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sejak 1974. Industri ini memberikan kontribusi hingga 7,5% dari PDB pada 2017 dan diperkirakan mencapai 8,7% pada 2020. Ekspor sedikit di atas RM40 miliar dari ekspektasi RM50 miliar pada 2020. Ekspor halal Malaysia sebagian besar disumbangkan oleh makanan dan minuman, bahan halal dan turunan minyak sawit.

Direktur Bagian Industri Jasa, Kementerian Ekonomi, Dr. Khalid Abdul Hamid berharap inisiatif tersebut dapat meningkatkan keterlibatan perusahaan lokal sebagai pemasok untuk perusahaan multinasional (MNC) dan perusahaan lokal besar (LLC).

“Agar ruang pasar lebih besar bagi mereka. Saya harap lebih banyak MNC dan LLC untuk bergabung dan menjadi bagian dari inisiatif ini,” ujarnya .

Selain itu, dalam konferensi ini Dr. Khalid juga mempersembahkan Penghargaan Keunggulan Halal kepada sejumlah perusahaan. Hal ini merupakan apresiasi atas kontribusi dan pencapaian luar biasa dalam pengembangan industri halal secara keseluruhan agar dapat diikuti oleh bisnis lain.

Beberapa di antaranya seperti Duopharma Biotech Berhad dianugerahi Penghargaan Keunggulan Merek Halal (HBA), Penghargaan Penelitian Ilmu Halal (HSRA) diberikan kepada UKM UNIPEQ, Kumpulan Ramly dianugerahi Halal Excellence untuk Perusahaan Malaysia, HDC Halal Performance State Excellence Award diberikan kepada Negara Selangor, dan McDonald’s Malaysia menerima HDC Halal CSR Excellence Award.

Ekonomi halal dinilai mampu mengimbangi perkembangan teknologi dan investasi terbaru. Perusahaan mengadopsi blockchain pembayaran untuk memastikan kepatuhan halal, melacak makanan, kosmetik dan produk farmasi dari fasilitas manufaktur ke pengecer. Sementara itu, kecerdasan buatan (AI), realitas virtual (VR) dan internet of things (IoT) saat ini menarik lebih banyak investasi daripada sebelumnya.

Pengeluaran Muslim untuk makanan dan minuman diperkirakan mencapai USD 1,9 triliun pada tahun 2023. Lalu pengawasan regulasi terhadap produksi makanan halal yang terus meningkat disebut memberikan peluang signifikan untuk investasi dan pembentukan merek makanan halal global.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here