Indonesia itu Bernyawa

736

Sejak awal abad ke-20 terjadi perkembangan perjuangan kemerdekaan melalui organisasi-organisai pergerakan modern, di samping perang Aceh. Lahirlah gerakan dan organisasi kebangkitan nasional semisal Jami’atul Khair (1905), Sarikat Dagang Islam (1905), Boedi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1911), Muhammadiyah (1912), Al-Irsyad (1914), Taman Siswa (1922), Persatuan Islam (1923), dan Nahdlatul Ulama (1926).

Sumpah Pemuda tahun 1928 merupakan tonggak penting lahirnya ikrar nasional untuk berbangsa satu, berbahasa satu, dan bertanah air satu yaitu Indonesia. Kongres Perempuan pertama tahun 1928, dengan peran serta gerakan perempuan Islam Aisyiyah, merupakan tonggak kebangkitan perempuan Indonesia dan menjadi bagian integral dari pergerakan nasional yang modern.

Pasca-kemerdekaan 1945, Indonesia terus berjuang dengan dinamika sejarah yang penuh pergumulan. Dalam era awal kemerdekaan itu rakyat Indonesia masih harus berjuang melawan Belanda yang didukung Sekutu yang berusaha kembali menjajah.

Rakyat sampai harus melakukan perang gerilya di bawah komando Panglima Soedirman sampai akhir tahun 1949. Dalam era Perang Gerilya di bawah Soedirman yang juga kader Hizbul Wathan Muhammadiyah, lahir Angkatan Perang Sabil (APS) yang digerakkan para tokoh Muhammadiyah yang operasinya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah.

Pertempuran 10 November 1949 di Surabaya adalah perjuangan heroik lainnya, dengan Bung Tomo sebagai tokoh sentral yang menggerakkan kekuatan rakyat lewat pekik “merdeka” dan “Allahuakbar” yang menggetarkan.

Dari inspirasi dan kegigihan Bung Tomo dan anak muda revolusioner lainnya itulah terdorong kekuatan-kekuatan rakyat untuk bergerak. Peranan tokoh Islam seperti Kiai Mas Mansur Ketua PP Muhammadiyah hingga wafat dipenjara serta Kyai Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama pun besar dalam pergerakan nasional di Surabaya melawan NICA-Belanda itu.

Indonesia terus bergerak dengan dinamika sendiri melalui fase-fase pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno (1945-1965), Soeharto (1965-1998), dan babak baru era reformasi. Suka dan duka dialami bangsa Indonesia dalam setiap episode sejarah perjalanannya.

Masalah, tantangan, dan ancaman datang silih berganti yang membentuk kematangan berbangsa dan bernegara. Setiap periode meninggalkan jejak kemajuan sekaligus masalah, sehingga perjuangan dan perjalanan Indonesia tidak pernah selesai dan terus berproses dalam dialektika kesinambungan dan perubahan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here