Indonesia Berpeluang Garap Sektor Pariwisata hingga Perbankan Syariah di Afrika

988
Danau Toba (Foto: Wikipedia)

Jakarta, Muslim Obsession – Indonesia terus membuka akses pasar dan peluang investasi di negara-negara Afrika.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan ada banyak undangan untuk berinvestasi dan permintaan beberapa komoditas dari negara-negara Afrika dalam forum Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) di Nusa Dua, Bali.

Salah satunya adalah Zanzibar yang menginginkan beras dan mengundang investor Indonesia untuk mengembangkan sektor pariwisata.

“Sedangkan dengan Djibouti disepakati untuk memulai proses joint feasibility study yang akan menjadi dasar penentuan bentuk kerja sama, apakah PTA, FTA atau CEPA,” ujar Menteri Enggar dalam siaran persnya.

Dengan Tanzania, Indonesia akan memperbesar transaksi perdagangan komoditas yang dibutuhkan kedua negara.

Sedangkan dengan Somalia, Indonesia mendapatkan tawaran untuk membangun perumahan karena negara itu baru saja pulih dari perang saudara dan memerlukan tempat tinggal baru bari para diaspora.

Indonesia juga diundang untuk mengembangkan bank syariah di Uganda selain berinvestasi pada sektor sepatu kulit.

Menteri Enggar sebelumnya menggelar pertemuan dengan menteri ekonomi dari negara-negara tersebut.

Hingga kini, kata Menteri Enggar total perdagangan Indonesia-Tanzania pada 2018 mencapai USD334,70 juta. Ekspor Indonesia sebesar USD263,20 juta dan impor USD 71,50 juta.

Ekspor utama ke Tanzania antara lain kelapa sawit, pakaian wanita, kertas dan karton, serta mesin pengolahan mineral. Sedangkan impor antara lain cengkeh, kapas, tembakau yang belum diolah, serta tembaga murni dan paduan.

Dengan Djibouti, total perdagangan pada 2018 mencapai USD211,46 juta. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD211,45 juta dan impor USD4 ribu.

“Total perdagangan ini masih jauh dari yang diharapkan sehingga masih terbuka peluang yang sangat besar untuk meningkatkan perdagangan kedua negara. Djibouti memerlukan berbagai produk untuk pembangunan infrastruktur,” jelas Menteri Enggar sebagaiamana dilansir Anadolu, Kamis (22/8/2019).

Produk utama yang diekspor Indonesia ke Djibouti antara lain sabun, minyak kelapa sawit, kertas dan karton, buku tulis, serta margarin. Sedangkan produk-produk yang diimpor Indonesia dari Djibouti antara lain pakaian bayi dan aksesori.

Djibouti merupakan negara penting karena bisa menjadi pintu masuk ke pasar negara-negara anggota Common Market for Eastern and Southern Africa (COMESA), yaitu organisasi dari 21 negara di kawasan timur dan selatan Afrika. Somalia juga penting karena menjadi pintu masuk ke Ethiopia dan Kenya.

IAID merupakan tindak lanjut atas Indonesia-Africa Forum (IAF) di Bali pada April 2018. Forum ini bertujuan meningkatkan kerja sama dengan negara-negara di benua Afrika, khususnya di bidang infrastruktur, untuk mendukung pergerakan barang dan jasa, serta mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Isu-isu lain yang dibahas selama IAID, yaitu energi, konektivitas, industri strategis, perdagangan, pariwisata, skema finansial, pertanian, infrastruktur sosial, dan kerja sama triangular. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here