HR Rasuna Said, Wanita Minang di Kancah Politik

7192

Passion (gairah sejati) Rasuna Said di ranah politik semakin terasah ketika pada 1926 melanjutkan sekolah ke Sumatra Thawalib, yang memang dikenal melahirkan banyak tokoh pergerakan nasional kemerdekaan Indonesia. Maka setelah lulus dari Sumatra Thawalib, Rasuna dipercaya sebagai sekretaris pada perkumpulan Sarekat Rakyat, suatu organisasi yang menghimpun kekuatan untuk menentang penjajahan Belanda. Inilah tonggak-tonggak awal keterlibatan Rasuna Said sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.

Belakangan Sarekat Rakyat berubah nama jadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang di tingkat nasional dipimpin oleh HOS Cokroaminoto, Abdul Muis dan Haji Agus Salim.

Ketika semakin terlihat bakat khususnya sebagai organisator, Rasuna Said pada 1932 diangkat sebagai salah seorang pengurus Partai Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Sebelumnya PERMI merupakan sebuah ormas dengan nama Persatuan Muslimin Indonesia (PMI) yang didirikan pada 1930.

Melalui PERMI inilah reputasi Rasuna Said sebagai politisi pejuang semakin berkibar dan dikenal luas di seantero Sumatra Barat. Pidato-pidatonya secara gencar mengecam penjajahan Belanda di bumi Nusantara. Rasuna tanpa tedeng aling-aling menuding Belanda telah mengeruk kekayaan alam Indonesia dan memeras keringat rakyat Indonesia dengan mengeksploitasinya sebagai buruh dengan upah sangat murah dan tidak manusiawi.

Dalam salah satu pidatonya yang cukup menggemparkan dalam sebuah rapat umum untuk menentang Ordonansi Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie) yang diselenggarakan PERMI, Rasuna secara terbuka menuntut kemerdekaan Indonesia:

“Pintu kemerdekaan telah terbuka, dan kami harap apabila anda kembali ke tempat masing-masing saudara-saudara akan membisikkan hal ini kepada saudara-saudara seagama dan sebangsa. Tujuan kita semua satu; membuka jalan untuk meraih hak kita, yaitu Indonesia Merdeka yang bebas dari kekuasaan bangsa asing.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here