Hikmah Rahmani: Kehidupan Dunia Ibarat Air Hujan

1099

Oleh: Habib Abdul Rahman Al-Habsyi (Majelis Sahabat Iman Peduli)

Bencana banjir yang menenggelamkan sebagian wilayah Jabodetabek (tidak hanya Jakarta) mengingatkan kita akan perumpamaan yang Allah sebutkan dalam Al-Quran.

Allah berfirman dalam QS. Al-Kahfi ayat 45:

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا

“Dan berikan perumpamaan kenikmatan dunia kepada mereka, ia bagaikan air yang kami turunkan dari langit, lalu air tersebut meresap dan menumbuhkan tanaman di bumi, lalu tanaman tersebut mengering dan diterbangkan oleh angin, dan Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu”.

Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Perumpamaan kenikmatan dunia hanyalah seperti air yang kami turunkan dari langit lalu meresap dan menumbuhkan tanaman yang dimakan oleh manusia dan hewan ternak. Tatkala bumi telah mendapatkan keindahannya, dan para penghuninya mengira dapat memetik hasilnya, datanglah perintah kami, lalu kami jadikan ia habis, seperti belum pernah tumbuh seperti hari sebelumnya. Demikianlah Kami jelaskan secara rinci tanda-tanda kebesaran Kami bagi mereka yang berfikir,” (QS. Yunus [10]: 24).

Apa kesamaan nikmat dunia dengan air hujan?

1. Air hujan itu sendiri sebenarnya salah satu sumber nikmat dunia. Tanpa air hujan, makhluk tak dapat hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan.

2. Sebagaimana halnya air hujan, nikmat dunia juga tidak bisa kita tampung secara berlebih-lebihan, melainkan harus dialirkan. Jika saluran tersumbat, maka debit air hujan yang berlebih-lebihan akan berakibat banjir yang justru menyebabkan mal petaka. Makanya Allah SWT dalam Al-Quran membahas saluran nikmat tersebut jauh lebih banyak dibanding membahas tentang shalat atau ibadah badaniah, antara lain dengan berzakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, hadiah, santunan anak yatim, dan lain-lain.

3. Nikmat dunia datangnya dari Allah, tidak ada yang mampu merekayasanya. Manusia hanya mampu berusaha, namun hasilnya tetap Allah yang menentukan. Sama halnya hujan, hanya Allah yang berwenang menurunkannya.

4. Seluruh penghuni bumi membutuhkan hujan, tanpa hujan mereka akan mengalami masa yang sulit. Begitu juga nikmat dunia, semua makhluk membutuhkan karunia Allah, tanpa kemurahan dari Allah, mereka akan merasakan kesulitan.

5. Jika datang kepadamu nikmat, segera pikirkan salurannya, sebelum debitnya bisa menenggelamkan dirimu dan rumahmu. Begitu juga saat datang nikmat, segera keluarkan zakatnya, salurkan kepada mereka yang berhak, jangan ditampung, maka jika berlebih-lebihan bisa mencelakakanmu. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

“Dan orang-orang yang menyimpan (menampung) emas dan perak, dan tidak menginfakkannya (mengalirkannya) di jalan Allah, maka beri kabar kepada mereka dgn azab yang pedih,” (QS. At-Taubah [9]: 34).

Rasulullah SAW bersabda: Milikilah dunia sekadarnya, jangan ambil melainkan sedikit saja. Siapa yang mengambilnya sedikit maka akan mencukupinya, bagi yang mengambilnya banyak akan menguasainya.

Semoga, bencana banjir yang menimpa kita dan saudara-saudara kita di Jabodetabek, menjadikan kita semakin dekat dengan Allah, dan mampu mengingatkan kita akan ayat-ayatNya.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here