Hewan Kurban Cacat Saat Mau Disembelih, Bagaimana Hukumnya?

1598
Ilustrasi: Hewan kurban.

Oleh: Drs. H. Tb Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Idul Adha atau Idul Qurban tinggal beberapa hari lagi. Umat Islam pun berlomba-lomba menyiapkan hewan yang akan dikurbankan. Hewan yang dipilih dan disiapkan tentu adalah hewan yang sehat, tak cacat, dan disahkan secara syar’i.

Pertanyaannya, bagaimana jika ada hewan kurban yang disiapkan sejak awal dalam kondisi sehat dan tidak cacat, namun pada hari H dan mau disembelih/dipotong ternyata hewan tersebut mengamuk sehingga membuatnya cacat?

Misalnya, karena mengamuk, seekor hewan kurban lepas tanduknya atau patah karena terbentur. Alhasil tanduknya tinggal satu. Bagaimana dengan kondisi tersebut? Apakah hewan tersebut termasuk cacat sehingga tak layak dijadikan kurban?

Dalam kasus ini perlu dipahami bahwa setiap hewan kurban harus dalam kondisi fisik yang sempurna, tidak ada cacat. Baik cacat ketika membeli maupun saat akan dipotong.

Terdapat dua penjelasan tentang tanduk atau buntut atau telinga yang patah dan sobek.

Pertama, jika kurban sunah dengan hewan cacat (walaupun cacatnya waktu penyembelihan), maka hukumnya TIDAK SAH dan tidak mencukupi menurut pendapat Ashoh (yang paling shahih).

Kendati demikian Imam As-Subkiy berpendapat tetap sah dan mencukupi berkurban dengan hewan yang cacatnya waktu penyembelihan.

Kedua, jika cacatnya pada kurban wajib atau kurban nadzar waktu menyembelih atau waktu nadzar dalam keadaan selamat dari cacat, maka SAH dan mencukupi untuk kurbannya.

PENJELASAN

Bila kurban sunnah maka tidak sah walaupun awalnya sempurna. Artinya ketika hewan kurban tersebut patah tanduknya saat mau disembelih, maka ini tidak sah.

Binatang yang patah kakinya atau pincang pada saat dirobohkan untuk disembelih, maka binatang tersebut tidak memadai lagi sebagai binatang kurban (udhhiyah) menurut pendapat yang kuat.

Hal ini diqiyaskan pada hewan yang cacat kakinya karena kecelakaan, lalu si pemilik menjadikannya sebagai kurban. Hal ini diterangkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ Syarh Muhazzab.

Jika kurban itu wajib atau kurban nadzar, maka sah kurbannya meski dikategorikan belum memadai.

Artinya, jika hewan tersebut merupakan hewan yang telah ditentukan sebagai kurban nadzar (wajib) maka tetap disembelih sebagai nadzar dan berlaku baginya hukum kurban karena kewajiban menyembelih hewan tersebut adalah wajib ‘ain (kewajibannya telah tertentu pada binatang tersebut) namun masih belum memadai sebagai udhiyyah yang diperintahkan syara’.

Referensi:

– Ibaroh Fathul Qarib

والثانى العرجاء البين عرجها ولو كان حصول العرج لها عند اضجاعها للتضحية بها بسبب اضطرابها

Yang kedua, yaitu yang jelas pincangnya walaupun pincangnya karena memberontak ketika hendak dirubuhkan untuk disembelih.

– Dalam kitab Bajuri Syarah Fathul Qarib jilid dua halaman 298 disebutkan:

لا يجزئ أضحية الا السليم من العيوب المذكورة، ومحل عدم اجزاء المعيبة مالم يلتزم معيبة، فان التزمها كذالك كأن قال لله على ان أضحى بهذه او جعلت هذه أضحية وكانت عوراء او عرجاء او مريضة او حاملا اجزأت ووجب ذبحها وصرفها مصرف الأضحية

– Ibaroh Najmul Wahhaj

فلو كانت سليمة فاضطربت عند إضجاعها للذبح فانكسرت رجلها… لم تجزئ على الاصح ، واختار الشيخ إجزاءها

شرح البهجة ٥ ص ١٦٣

وزاد قوله (في الحال) تصريحا بأن العبرة بالعيب الموجود عند الذبح حتى لو كانت سليمة فاضطربت عند إضجاعها للذبح فانكسرت رجلها لم تجز على الأصح، واختار السبكي إجزاءها

حاشية عميرة ٤ ص ٢٥٢

أما لو نذر معيبة فضحى بها أو قال: جعلتها أضحية فإنها تتعين ويجب ذبحها وقت الأضحية وتفرقة جميع لحمها ولا تجزئ عن الأضحية المطلوبة شرعا، بخلاف السليمة المنذورة

نعم لو نذر سليمة ثم عرض العيب فالظاهر الإجزاء عن الأضحية

– Majmu’ Syarh Muhazzab jilid 8 hal 400 Dar Fikr

الثالثة) العرجاء ان اشتد عرجها بحيث تسبقها الماشية إلى الكلا الطيب وتتخلف عن القطيع لم تجزئ وان كان يسيرا لا يخلفها عن الماشية لم يضر فلو انكسر بعض قوائمها فكانت تزحف بثلاث لم تجزئ

ولو أضجعها ليضحي بها وهى سليمة فاضطربت وانكسرت رجلها أو عرجت تحت السكين لم تجزه على أصح الوجهين لانها عرجاء عند الذبح فاشبه ما لو انكسرت رجل شاة فبادر إلى التضحية بها فانها لا تجزئ

– Hasyiah Bujairimi `ala Khatib jilid 4 hal 334 Dar Fikr

و) الثانية (العرجاء) بالمد (البين عرجها) بأن يشتد عرجها بحيث تسبقها الماشية إلى المرعى وتتخلف عن القطيع فلو كان عرجها يسيرا بحيث لا تتخلف به عن الماشية لم يضر كما في الروضة

– Tuhfatul Muhtaj jilid9 hal 352 Dar Fikr

وشرطها أي الأضحية لتجزئ حيث لم يلتزمها ناقصة (سلامة) وقت الذبح حيث لم يتقدمه إيجاب وإلا فوق

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here