Harun Ar-Rasyid, Pemimpin yang Memuliakan Ulama

2002

Memuliakan Ulama

Harun Ar-Rasyid adalah seorang raja yang dikenal memuliakan ulama. Ia begitu mengagungkan agamanya. Tidak suka perdebatan dan banyak bicara. Dan ia sangat mencintai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam beberapa risalahnya, Al-Qadhi Iyadh, memiliki kesan yang mendalam pada figur Harun Ar-Rasyid.

Beliau mengatakan, “Tidak kuketahui seorang raja pun yang bersafar menempuh perjalanan belajar kecuali Ar-Rasyid. Ia berjalan bersama dua orang anaknya Al-Amin dan Al-Makmun, untuk mendengar kajian Al-Muwaththa yang disampaikan oleh Imam malik rahimahullah.”

Saat akhir hayat sang khalifah, Abdullah bin Al-Mubarak bersedih. Ia duduk penuh duka. Sampai orang-orang pun menghiburnya. Abdullah bin Al-Mubarak adalah seorang ulama tabi’t tabi’in. Seorang yang shaleh dan wara’. Orang seperti beliau bersedih dan menangis ketika Harun Ar-Rasyid hendak wafat.

Abu Muawiyah Ad-Dharir mengatakan, “Tidaklah aku menyebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan Ar-Rasyid kecuali beliau mengucapkan, ‘Shalawat untuk junjunganku’. Kemudian aku riwayatkan sebuah hadits kepadanya. (Rasulullah bersabda) ‘Sungguh aku ingin berperang di jalan Allah, kemudian terbunuh. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh lagi’. (Mendengar hadits itu) Harun Ar-Rasyid menangis tersedu-sedu.”

Hadits ini selengkapnya adalah sebagai berikut:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berandai, berperang di jalan Allah. Kemudian terbunuh. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh lagi. Kemudian hidup kembali. Kemudian terbunuh kembali,” (HR. Al-Bukhari dalam Kitab At-Tamanni, 6713).

Hadits ini menggambarkan tentang pahala jihad dan bagaimana keberanian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wafat di medan perang bukanlah kematian yang ringan. Wafat di medan perang adalah kematian yang memakan waktu, berhadapan dengan sesuatu yang menakutkan, melihat darah terkucur, dan rasa sakit yang tidak sesaat. Tapi beliau berani melakukannya. Dan berharap pahala besar dari amalan jihad.

Mendengar hadits ini, dan semangatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memperjuangkan Islam dan mendapatkan pahalanya, Harun Ar-Rasyid menangis tersedu-sedu. Selain itu Harun Ar-Rasyid juga pernah menangkap seorang seorang yang rusak akidahnya dan memerintahkan untuk dipenggal.

Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Asakir dari Ibnu Aliyah, ia berkata, “Harun Ar-Rasyid menangkap seorang zindiq (yang rusak akidahnya). Ia memerintah agar si zindiq ini dipenggal. Si zindiq ini berkata kepada Harun, “Engkau tidak akan memenggal kepalaku.” “Aku akan membuat orang-orang terhenti dari ulah burukmu,” jawab Harun.

Si Zindiq berkata lagi: “Apa yang bisa kau lakukan terhadap 1.000 hadits yang telah kupalsukan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam. Semua hurufnya telah terucapkan.” Ia menakuti Harun, kalau dia mati siapa yang bakal menunjukkan hadits-hadits palsu yang telah beredar itu. Karena dia yang membuat, dia pulalah yang tahu mana ucapan-ucapannya.

Tapi Harun Ar-Rasyid tidak menggubris tawarannya. Dengan percaya diri ia menjawab,

“Apakah kau tidak tahu wahai musuh Allah tentang keahlian Abu Ishaq Al-Fazari dan Abdullah bin Al-Mubarak? Mereka akan menelitinya dan menilainya huruf per huruf.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here