Hari Ini, Buku Biografi Mohammad Natsir Diluncurkan

1789
Lukman Hakiem Parmusi OK
Lukman Hakiem saat menjadi pemateri dalam Seminar Mosi Integral Mohammad Natsir di Aula Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Jakarta, Rabu (11/4/2018).

Jakarta, Muslim Obsession – Sosok Mohammad Natsir selalu terikat dengan sejarah Indonesia. Tak hanya soal perjuangannya, Natsir kental dengan ide dan pemikiran yang brilian, sehingga jejaknya terekam mewangi sampai saat ini.

Lukman Hakiem, penulis dan sejarawan mengetengahkan sosok Natsir dalam buku yang ditulisnya. Buku Biografi Mohammad Natsir Kepribadian, Pemikiran, dan Perjuangan karya Lukman akan diluncurkan di Panggung Utama Pameran Buku Indonesia Internasional (Indonesian International Book Festival) di Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta, Sabtu 7 September 2019 pukul 13.30 – 15.00 WIB.

Insya Allah peluncuran buku ini akan dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Berikut ini selayang pandang dari Artawijaya, editor buku ini.

Di antara tokoh besar yang pernah dimiliki bangsa ini adalah Allahyarham Mohammad Natsir. Pemikiran dan perjuangannya tak perlu diragukan lagi. Sejarah merekam bagaimana Natsir, dengan kepribadiannya yang berkilau, mampu menjadi teladan. Natsir sosok yang komplet. Ia seorang ulama, dai, guru, politisi, negarawan, dan mentor para aktivis Islam. Pada masanya, ia dijuluki sebagai “Sang Maestro Dakwah” dan “Jenderalnya Para Ulama” di negeri ini.

Buku “Biografi Mohammad Natsir Kepribadian, Pemikiran, dan Perjuangan” karya Lukman Hakiem akan diluncurkan di Panggung Utama Pameran Buku Indonesia Internasional (Indonesian International Book Festival) di Jakarta Convention Centre, Senayan, Jakarta, Sabtu 7 September 2019 pukul 13.30 – 15.00 WIB.

Dalam kepribadian Natsir tercermin dua hal yang sangat mencolok; kesederhanaannya dalam hidup, dan keteguhannya dalam memegang prinsip perjuangan.

Ia tokoh besar yang tak hanya dimiliki bangsa, tetapi juga dunia Islam. Namanya harum di kalangan tokoh-tokoh dunia, dan menjadi perbincangan di antara mereka. Jika ada tokoh umat dari negeri ini yang berkunjung ke dunia Islam, maka kabar Natsir selalu ditanyakan, “Bagaimana kabarnya Tuan Natsir?”

Sebagai seorang Muslim yang terikat dengan keimanannya, Natsir memiliki kepeduliaan yang tinggi terhadap dunia Islam, terutama negara-negara yang sedang mengalami kesusahan. Ia terlibat aktif dalam membantu rakyat Tunsia untuk bebas dari penjajahan. Ia juga mencurahkan pikiran dan tenaganya untuk perjuangan rakyat Palestina. Ia tak hanya memikirkan bangsa ini, tetapi juga memikirkan bangsa-bangsa lainnya yang masih berada dalam penindasan. Inilah konsekwensi dari keimanan. Innamal mu’minuna ikhwatun!

Tak mengherankan jika sosok Natsir selalu ditunggu-tunggu kehadiran dan ide-idenya di forum-forum internasional. Berbagai jabatan penting di berbagai organisasi internasional di dunia Islam pernah diamanahkan kepadanya. Natsir memposisikan dirinya sebagai khadimul ummah (pelayan umat), yang harus setia membantu untuk memecahkan segala persoalan kaum muslimin, baik di negeri ini maupun di luar negeri.

Mohammad Natsir adalah sosok yang moderat dalam pemikiran, namun teguh dalam memegang prinsip dan memperjuangkan kebenaran. Jiwanya tidak bisa dibeli. Kepribadiannya tidak goyah dan silau oleh godaan-godaan dunia. Pemikirannya melampaui zamannya. Ia serius dalam mengkader generasi penerus, agar dakwah di negeri ini terus berjalan dan memberikan sebanyak-banyaknya kemaslahatan.

Dalam berjuang, Natsir sangat memegang teguh prinsip kesabaran. Ketika Partai Masjumi bubar karena tekanan Rezim Nasakom, Natsir dan kawan-kawan tak lantas patah semangat dan mutung terhadap bangsa ini. Ia terus berkomitmen untuk berkomtribusi bagi ini dengan cara lain. Ketika hak-hak politiknya dikebiri, Natsir kemudian memilih jalan dakwah lainnya. Bersama teman-temannya ia lalu mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

Ia terus melakukan pengkaderan umat, dengan tiga basis sasaran; Masjid, pesantren, dan kampus. Ia juga mengirim anak-anak muda Muslim untuk studi ke Timur Tengah, membangun rumah sakit-rumah sakit, menginisiasi berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam, mengirim dai-dai ke pedalaman, dan lain-lain. Sehingga ketika itu terkenal ungkapan beliau, “kalau dulu kita berdakwah lewat jalur politik, maka sekarang kita berpolitik lewat jalur dakwah.”

Natsir adalah figur teladan yang dimiliki umat dan bangsa ini. Kepribadian, pemikiran, dan perjuangannya layak dijadikan teladan bagi generasi saat ini. Meskipun, tentu sebagai manusia ia pasti memiliki kekurangan. Karena itu, biografi ini hadir, bukan dalam rangka menciptakan kultus individu, tetapi sebagai cermin dari sebuah keteladanan.

Ada ungkapan dari penyair Ahmad Syauqi Beik yang sering dikutip Natsir, yang mungkin menjadi pemompa semangatnya dalam berjuang:

قف دون رأيك في الحياة مجاهدا، إن الحياة عقيدة و جهاد

Tegaklah dengan pendirianmu
dalam hidup ini sebagai seorang Mujahid, karena sesungguhnya hidup itu adalah akidah dan jihad).

“Dia pulang. Tetapi yang pulang hanya namanya. Jasadnya sudah tinggal di medan jihad.” Demikian tulis Natsir dalam puisinya yang berjudul “Pemimpin Pulang.”

Zaman bergulir, musim berganti, akankah pemimpin layaknya Tuan, lahir kembali? Semoga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here