Haji Dalam Sudut Pandang Budaya Lokal Masyarakat Sulawesi Utara

724
Menunaikan haji menjadi impian setiap muslim. (Foto: Muslim Obsession)

Muslim Obsession – Sitou Timou Tumou Tou adalah sebuah falsafah hidup dan prinsip yang dipegang oleh kebanyakan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Falsafah ini merupakan ucapan filsuf leluhur masyarakat Sulut yang juga pahlawan Nasional Dr. Gerungan Saul Semuel Jacob Ratulangi atau yang dikenal dengan nama Dr. Sam Ratulangi.

Ketua Pengurus Wilayah Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PW FKAPHI) Sulut Wahyudin Ukoli mengatakan, falsafah ini mempunyai makna “Manusia Hidup untuk Memanusiakan Manusia yang lain”. Ternyata tak sekedar menjadi semboyan belaka tapi telah mengakar dan mendarah daging dalam sanubari Tou Sulawesi Utara atau orang Sulawesi Utara.

Dan yang menarik ternyata Sitou Timou Tumou Tou adalah Subastansi dari spirit haji yang sesungguhnya yang bisa kita temukan dalam ritual haji itu sendiri, seperti ihram, wukuf , Tawaf, sa’i dll.

Dan bahkan lebih luas adalah spirit dari ajaran yang mulia Rasulullah Muhammad SAW, yang dalam salah satu sabdanya yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tabrani disebutkan “Khoirunnaas Anfauhum linnaas” .

“Ternyata filosofi ini sama seperti apa yang disampaikan Rasulullah SAW sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia lain. Dan ini ternyata digagas oleh orang yang bukan muslim tapi semangatnya sangat islami dan semangat itu ada juga di haji,” kata Wahyudin dalam Diskusi Jagong Haji dan Umrah melalui aplikasi Zoom, dilansir Ditjen PHU, Ahad (26/4/2020).)

Mulai dari ihram, niat karena betal-betul karena Allah SWT, kemudian seluruh Jemaah haji menggunakan pakaian yang sama dalam pandangan Allah, yang membedakannya adalah sejauh mana mengimplementasikan sebagai manusia dan sebagai hamba yang mempunyai konsekuensi logis sebagai makhluk sosial. Manusa hidup untuk memberikan manfaat kepada yang lain.

“Wukuf di arafah, arafah itu maknanya kan mengenal jati diri kita sebagai manusia, sejalan dengan Al-Quran Surat An-Nas, Allah menciptkan manusia bersuku-suku dan berbangsa yang saat di Arafah berkumpul menjadi satu, tak ada yang membedakan satu dan yang lain, yang membedakan seberapa besar kita memberikan manfaat kepada orang lain,” terangnya.

“Seluruh ritual dalam haji memberikan makna kemanusiaan, kita tidak beriman, jika kita tidak mencintai saudara kita lebih atau sama dengan mencntai diri kita sendiri,” sambung Wahyudin.

Selain Sitou Timou Tumou Tou, kata Wahyudin, ada beberapa budaya lokal yang terelaborasi dari falsafah Sitou Timou Tumou Tou tersebut, antara lain budaya MapalusMapalus merupakan budaya gotong royong, ini yang menjadi daerah Sulut ini jarang sekali orang yang menyulut, memprovokacsi dan seterusnya.

Kedua adalah Mogogutat, tradisi ini merpakan tradisi saling membantu, saling menopang antara keluarga yang satu dengan yang lain bahkan siapapun akan dibantu jika ada yang kesusahan.

Ketiga adalah tradisi Tulude adalah melihat masa depan yang lebih indah dengan membantu sesama.

“Budaya-budaya seperti ini yang telah mengakar di Sulut sehingga daerah ini terkenal dengan daerah yang kondusif, aman dan menjadi pelopor kerukunan di Indonesia ini,” tandas Wahyudin

Sementara itu, Ketua Umum PB FKAPHI HM. Affan Rangkuti berharap kepada seluruh pengurus FKAPHI dapat mengemban kesalehan pribadi dan dan kesalehan sosial di masyarakat. Menurutnya ini merupakan ladang amal sebagai suatu rekam jejak dalam salah sosial setelah purna tugas nantinya.

“Usia kita saat ini sudah usia menjelang mentok, rata-rata masuk zona Zuhur dan Ashar dan menuju Maghrib. Karier sudah kita capai tinggi bahkan mungkin melebihi ekspektasi. Saatnya kita kembali pulang, pulang mengemban saleh pribadi dan saleh sosial. Harta hanya sandraan pada anak dan keluarga, kita kadangkala lupa menitipkan dan mengajarkan amal budi baik kepada anak-anak, kita sibuk bergulat dengan karir yang nantinya juga akan menyiksa kita setelah purna tugas karena berpeluang tak akan dihargai lagi. Lantas apa yang akan dihargai nantinya, yang dihargai nantinya adalah rekam jejak kita dalam saleh sosial,” kata Affan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here