Haedar Nashir Dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Sosiologi

1429

Selain aktif di organisasi, Haedar adalah sosok yang rajin membaca dan menulis. Ketekunannya dalam dunia literasi telah mengantarkannya menjadi seorang penulis prolific. Tebaran goresan penanya, banyak menghiasai rubrik-rubrik koran baik lokal maupun nasional.

Kepiawaian Haedar dalam menulis, sebagai buah dari kegemarannya membaca, semakin teraktualisasi ketika Haedar aktif di Majalah Suara Muhammadiyah, sebuah majalah terbitan Muhammadiyah yang dirintis oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan sejak tahun 1915, yang keberadaannya masih eksis melampaui kurun 1 abad. Karir di Suara Muhammadiyah mulai dari menjadi juru ketik, wartawan, editor dan puncaknya menjadi pemimpin redaksi sampai sekarang.

Karir akademik Haedar dimulai ketika menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1992 pada program studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, tahun 1992.

Disamping menjadi dosen, Haedar juga seorang intellectual cum activist penggerak Muhammadiyah. Jiwa kekaderan dan kepemimpinan Haedar semakin terpupuk ketika pada tahun 1985 mulai aktif di Badan Pembina kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang bertugas merancang, mendesain, dan menyiapkan pengaderan pemimpin Muhammadiyah.

Pada Muktamar ke-45 tahun 2000 di Jakarta, Haedar terpilih menjadi anggota Pimpinan Pusat dan diberi amanah menjadi Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendampingi Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif.

Ketika menjadi sekretaris umum, Haedar yang sudah sangat terlatih, piawai mengelola laju gerak Muhammadiyah sekaligus menjadi ideolog Muhammadiyah dengan karakter inklusifisme islam. Duet Syafii Maarif dan Haedar Nashir saling melengkapi dalam menjaga kapal besar Muhammadiyah ditengah situasi bangsa yang berubah dan penuh gejolak saat Reformasi 1998.

Ketika Buya Prof. Dr.Syafii Ma’arif mengakhiri masa tugasnya, Haedar Nashir masih terus melanjutkan kiprahnya di Muhammadiyah pada masa kepemimpinan Prof.Dr. Din Syamsudin menjadi ketua umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015, Haedar diamanahi menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampaisekarang

Kesibukan Haedar Nashir dalam mengurus Muhammadiyah, tidak menjadikan Haedar lupa dan melupakan tanggungjawab akademiknya sebagai dosen. Haedar tetap melaksanakan tugas catur dharma perguruan tinggi,  Mengajar, memberi kuliah kepada mahasiswa, membimbing, menguji, melakukan riset, menulis jurnal internasional bereputasi dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ini terasa cukup istimewa ditengah kesibukan dalam menahkodai organisasi Islam modern terbesar di dunia saat ini.

Tugas melayani masyarakat dari Sabang sampai Merauke, termasuk kunjungan ke pelosok-pelosok tanah air menyapa penggerak perubahan di grassroot, bahkan sampai ke panggung internasional ditunaikan penuh dedikasi bersamaan dengan tugas dan perannya sebagai seorang cendekiawan kampus tanpa kehilangan karakter intelektual organik.

Sebagai akademisi, Haedar Nashir terbilang sebagai penulis yang produktif, banyak karya tulisan yang diterbitkan baik berupa artikel lepas, buku utuh dan paper hasil penelitian. Hingga pada puncaknya, pada hari ini Doktor Haedar Nashir dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Sosiologi.

Dari deretan panjang karya dan sepak terjang Haedar, tergambar dengan jelas betapa kuat perhatian, komitmennya pada Islam dan keindonesiaan, yang semuanya bermuara pada moderasi yang autentik. Faham keislaman yang moderat, tengahan, damai dan toleran yang ditopang dengan kondisi sosial bangsa yang majemuk menjadikan Haedar mempunyai pemikiran, sikap dan tindakan yang meletakkan moderasi sebagai sebuah jalan menuju kedamaian dan kemajuan berbangsa. Moderasi politik Haedar adalah menjaga bangsa dan merawat keberagaman Bersama.

Dalam konteks Moderasi, Haedar adalah sosok yang anti kekerasan, dirinya sangat sensitif jika menyaksikan kekerasan dalam bentuk apapun.

Dari karya-karya beliau tercermin pandangan keislaman dan keindonesiannya, yang merefleksikan pemikiran, sikap dan posisi Haedar sebagai seorang tokoh dan simbol dari Moderatisme Islam yang Berkemajuan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here