Hadapi Revolusi Industri 4.0 Madrasah Perlu Terapkan Lima Hal Ini

1195

Jakarta, Muslim Obsession – Salah satu komponen pendidikan terutama bagi warga NU adalah keberadaan madrasah. Di era disrupsi atau Revolusi Industri 4.0, madrasah harus mampu mempertahankan muatan pesantren dengan ciri khas pendidikan karakater dan jati diri luhur berlandaskan nilai-nilai agama dan cinta tanah air.

“Sebagaimana pendidikan pesantren mampu menghasilkan generasi bangsa yang mampu berkiprah pada tingkat regional, nasional, maupun internasional,” kata Wakil Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Aris Adi Laksono menanggapi Hari Pendidikan Nasional 2019.

Menurut Aris, untuk menjawab era disrupsi pola pendidikan pesantren sudah membuktikannya dengan langkah-langkah sebagaimana dipaparan Jeffrey H Dyer, Hal B Gregersen, dan Clyton M Christensen (2013) dalam buku The Innovator’s DNA. Dalam buku tersebut dikemukakan lima) Discovery Skill of True Innovator yakni associating; questioning, observing, experimenting, and networking.

“Associating adalah kemampuan berfikir asosiasi. Sederhananya, kemampuan menghubungkan bidang ilmu, masalah atau ide, dimana orang lain memandangnya tidak berhubungan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (2/5/2019) seperti dilansir situs resmi NU.

Dalam menyelesaikan setiap masalah, kata Aris, harus selalu ditinjau dari berbagai presfektif atau multidisipliner.

Berikutnya questioning atau kemampuan bertanya yang sangat penting, namun terabaikan selama ini. Kemampuan mengamati (observing skill). Selanjutnya, kemampuan melakukan percobaan (experimenting skill).

Seorang innovator selalu mencoba pengalaman baru dan mengemudikan ide-ide baru tersebut. “Bagi mereka, tidak ada kegagalan, semua ketidakberhasilan melakukan eksprimen merupakan sebuah kesuksesan yang tertunda,” imbuh Aris.

Keterampilan terakhir adalah kemampuan melakukan jejaringan (networking skill). Para inovator menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menemukan dan menguji ide-ide melalui berbagai jaringan individu dan sosial yang berbeda latar belakang dan prespektif, mencari secara aktif ide-ide baru dengan berbincang bersama orang yang memberi pandangan tentang sesuatu yang secara radikal berbeda.

Menurut Aris, pesantren dan madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki posisi penting di Indonesia. Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan penduduk muslim terbesar di dunia, lembaga pendidikan Islam tersebut memiliki peranan dalam meningkatkan kualitas kemanusiaan penduduk muslim di Indonesia.

“Pesantren dan madrasah haruslah berpegang teguh pada kaidah al-muhafadhah ‘ala al-qadim ash-shalih wa al-ahdzu bi al-jadid alashlah, yaitu menjaga tradisi keagamaan Islam dengan teguh melestarikan segudang khazanahnya dan memakai metode, manajerial, maupun pembelajaran modern yang baik,” paparnya.

Semua itu, kata Aris diperlukan dalam mengemban amanat mewujudkan generasi emas bangsa mampu menjawab tantangan zaman dengan arif dan bijaksana, dengan tetap menjunjung tinggi nilai agama, bangsa, dan negara.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here