Habib Luthfi: Mari Belajar Toleransi dari Tubuh

1302
Habib Luthfi bin Yahya (Foto: jatman)

Pekalongan, Muslim Obsession Rais ‘Aam Idarah Aliyah Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN), Habib Muhammad Luthfi bin Hasyim bin Yahya menjelaskan perihal toleransi sebenarnya bisa dipelajari dan dimulai dari kinerja anggota tubuh manusia.

“Tidak usah jauh-jauh kalau mau belajar toleransi, karena sesungguhnya pada tubuh manusia penuh dengan contoh toleransi,” ujar Habib Luthfi dalam acara halal bi halal (open House) di Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (6/6).

Dijelaskan, belajar toleransi dimulai dari bagaimana kita memperlakukan tubuh kita, apakah berdasar nafsu belaka atau benar-benar diperlakukan menurut baiknya seperti apa?.

Dari makan saja, lanjutnya Habib Luthfi mencontohkan, bagaimana Nabi memperlakukan organ pencernaannya. Nabi Muhammad begitu sabar mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya butuh 40 kali kunyahan sampai benar-benar halus sehingga tidak merepotkan lambungnya.

“Ada pelajaran toleransi dari mulut kepada lambung, sebab sabar mengunyah, tidak menuruti nafsu sehingga tidak merusak organ pencernaan,” jelasnya.

Menurut Habib Luthfi dari contoh itu bisa diambil hikmah bagaimana kasih sayang Nabi terhadap pencernaannya. Dari situ berkembang kepada kasih sayang terhadap tubuhnya, lalu semakin berkembang menjadi kesadaran terhadap kesehatan orang di sekitarnya, lingkungannya, dan bangsanya.

“Itu toleransi, bagaimana Nabi memperlakukan dirinya sendiri, kemudian kepada orang sekitarnya, lalu juga lingkungannya dan pada lingkup yang besar adalah bangsanya,” jelas Habib Luthfi.

Sebelumnya, Ketua Forum Ulama Sufi Dunia ini menandaskan amanatnya untuk memanfaatkan momentum idul fitri sebagai sarana membangun jiwa. Setelah 30 hari dilatih dengan Ramadhan, selayaknya manusia lebih bisa meredam hawa nafsunya.

“Sehingga oleh-oleh dari Ramadan benar-benar bisa kita dapatkan, yaitu meningkat amal baiknya, kepada sesamanya, dan lingkungannya,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Habib Luthfi juga menyinggung soal zakat sebagai pilar membangkitkan kekuatan dan mental umat. Menurutnya zakat adalah cara Islam mengangkat martabat kemanusiaan antar sesamanya. “Zakat itu bukan kebanggaan bagi yang mengeluarkan bisa membantu yang menerima, justru sebaliknya, yang mengeluarkan harus mau mengantarkan dan berterima kasih karena ada yang mau menerima,” tegasnya.

Dengan begitu, jelasnya, mental umat ini akan maju. Yang miskin tidak lantas merasa tersisih karena dipandang sebagai peminta-minta. Begitu juga yang kaya tidak lantas merasa dia bisa memberi sesuatu sehingga lupa siapa yang memberi dan untuk apa sejatinya harta itu.

“Kalau sudah miskin, masih disuruh antre, susah payah begitu, bagaimana umat ini akan memiliki mental yang maju?,” tanyanya kepada jamaah.

Habib Luthfi mengajak kepada tamu yang hadir untuk bersyukur bahwa kita diberi kepercayaan oleh Allah SWT untuk menyalurkan zakat sebagai sarana menyucikan harta kita dari kotoran-kotoran. “Allah sangat sayang dengan kita, yakni diberi kepercayaan untuk menyucikan harta kita melalui zakat,” tandas Habib Luthfi.

Hadir pada acara tersebut Kapolres Pekalongan Kota AKBP Ferry Sandi Sitepu, Kapolres Pekalongan AKBP Wawan Kurniawan, sejumlah habaib, ulama serta tokoh TNI-Polri Kota Pekalongan. Acara kemudian ditutup dengan doa oleh Habib Luthfi dilanjutkan dengan musafahah yang diiringi shalawat secara serempak.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here