H. Buchari Tamam: Ketika Allah Membayar Kontan Doa dan Sedekah

1004

Oleh: Lukman Hakiem (Peminat Sejarah)

Dalam kehidupan kita di dunia fana ini, selalu terdapat peristiwa-peristiwa yang acap kita anggap sebagai “kebetulan”. Tentu saja “kebetulan” yang membahagiakan.

Dua kisah berikut ini berasal dari pengalaman H. Buchari Tamam (1922-1994) seperti diceritakan dalam biografinya yang terbit pada 1992.

Penggerak Muktamar Ulama
Buchari Tamam adalah seorang aktivis sejak masa penjajahan Belanda. Di akhir masa Belanda, Buchari turut dalam Persatuan Muslimin Indonesia (Permi). Di masa Jepang, Buchari aktif dalam Himpunan Pemuda Islam Indonesia (HPII) Sumatera Tengah.

Nama Buchari tercatat sebagai penggerak Muktamar Alim Ulama se-Sumatera di Bukittinggi. Melalui Muktamar itu, Buchari mempertemukan dua ulama besar panutan umat, yaitu Syaikh Ibrahim Musa Parabek (Masyumi), dan Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli (Perti).

Sukses dengan Muktamar Alim Ulama se-Sumatera, Buchari bergerak menyelenggarakan Muktamar Ulama se-Indonesia di Palembang pada 8-11 September 1957.

Pembukaan Muktamar Ulama se-Indonesia ditandai dengan pidato Iftitah Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli yang antara lain mensinyalir betapa sesudah 12 tahun Indonesia merdeka yang terjadi ialah “Kemerdekaan berebut kursi, kemerdekaan menggunakan lisensi menurut kemauan mereka saja, dan kemerdekaan meninggalkan sila pertama dasar negara kita yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Di antara keputusan Muktamar Ulama se-Indonesia itu, di bidang kenegaraan: (1). Haram hukumnya umat Islam diperintah oleh kaum komunis, (2). Menyatakan agar Musyawarah Nasional — yang saat itu sedang berlangsung di Jakarta– mengganti kabinet dengan kabinet tanpa komunis dan meniadakan Dewan Nasional, (3). Menyatakan penyesalan atas sikap Presiden Sukarno yang telah menurutsertakan kaum komunis dalam pemerintahan Dewan Nasional.

Buchari Tamam dipilih menjadi Sekretaris Jenderal Muktamar.

Sejak 1967 hingga akhir hayatnya, Buchari memegang amanah sebagai Sekretaris Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, mendampingi M. Natsir (1908-1993) sebagai Ketua.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here