Gus Sholah: Saya NU yang Masyumi

1066

Mengapa Gus Sholah?

DENGAN berbagai fakta di atas, makin keras kehendak saya untuk meminta endorsement dari Gus Sholah.

Sebagai penulis buku Biografi Dr. Anwar Harjono, S.H., saya mengetahui bagaimana eratnya hubungan antara Anwar Harjono dengan K.H. A. Wahid Hasjim dan keluarganya. Harjono pernah nyantri di pesantren Tebuireng, dan berkesempatan mengaji langsung kepada Hadratus Syaikh Hasjim Asj’ari, dan Gus Wahid.

Selain nyantri, Harjono juga diminta untuk mengajar bahasa Jepang di Madrasah Tebuireng. Ketika ada pejabat Jepang berkunjung ke Tebuireng, Harjono dipercaya menjadi penerjemah.

Saya percaya, Gus Sholah memiliki pemahaman lebih mengenai Natsir dan Masyumi.

Melalui sahabat saya, Dr. K H. Endin AJ Soefihara, saya mendapat nomor kontak Gus Sholah. Pada 25 Juni 2019 saya mengontak, dan menyampaikan maksud meminta endorsement untuk Biografi Mohammad Natsir.

Tidak terlalu lama, datang balasan Gus Sholah, sebagai berikut (dengan penyempurnaan penulisan): “Sabtu malam saya ke Jakarta. Bisa ketemu saya pada Ahad atau Senin setelah maghrib, sekitar jam 19. Rumah saya di Jalan Bangka Raya No. 2C, ujung Jalan Bangka dekat Jalan Tendean. Tandanya: ada hotel Flat 06, belok kiri.”

Sesuai kesepakatan, Senin malam, ditemani anak sulung M. Almanfaluthi Hakiem, saya datang di kediaman Gus Sholah. Beliau menyambut kami dengan ramah.

Dalam obrolan, Gus Sholah mengaku senang diminta memberi endorsement untuk tokoh yang dikaguminya. “Gambaran tentang Pak Natsir dalam ingatan saya adalah seorang tokoh sederhana dengan baju koko putih, dan sorban putih melilit di lehernya,” kata Gus Sholah sambil menambahkan, “Saya ini NU yang Masyumi.”

Keesokan harinya, sesudah subuh, masuk endorsement dari Gus Sholah sebagai berikut:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here