Gus Miftah, Sosok Kiai Kontroversial

15149
Gus Miftah (Foto: Tribunnews)

Jakarta, Muslim Obsession – Jagat dunia maya beberapa hari terakhir digegerkan dengan viralnya video kajian agama di sebuah kelab malam. Dalam pengajian tersebut sang penceramah mengajak sejumlah pemandu lagu melantunkan selawat.

Lalu, siapakah pengisi pengajian tersebut? Dia adalah Gus Miftah, pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Perjalanan dakwah kiai asal Ponorogo kelahiran Lampung tersebut dimulai saat usianya masih muda. Pada sekitar tahun 2000an, Gus Miftah yang sering shalat tahajud di sebuah mushala sekitar Pasar Kembang (Sarkem) kemudian berniatan berdakwah. Saat itu ia ditemani Gunardi atau Gun Jack sosok yang menjadi penguasa Sarkem pada saat itu.

“Saya ditemani Mas Gun Jack yang dalam tanda kutip menguasai Sarkem. Itu sekitar tahun 2000an sekian. Awalnya saya malah mau dikeplaki (dipukul) beliau. Saya sampaikan visi misinya, beliau menerima,” jelasnya, Rabu (12/9/2018).

Sejak saat itu kajian agama rutin digelar di Sarkem oleh Gus Miftah. Meski awalnya banyak tantangan, tapi saat ini sejumlah pekerja dunia malam sudah menerima kehadiran Gus Miftah. Tidak jarang, ketika pengajian sejumlah jemaah meneteskan mata.

“Alhamdulillah, soal itu ketika ditanya apakah niatnya membuat mereka bertaubat? Bagi saya hidayah perlu dijemput butuh dijemput. Dan hidayah datang bukan karena saya, tapi Allah menghendakinya bertaubat,” tegasnya.


Baca Juga:


Tak cukup sampai di situ, perjalanan dakwah Gus Miftah lantas berlanjut ke kelab malam dan juga salon plus-plus. Awalnya ia masuk lantaran ia mendapati keluh kesah para pekerja dunia malam yang kesulitan mendapat akses kajian agama.

Ketika hendak mengaji di luar ia mengaku menjadi pergunjingan. Sebaliknya di tempat kerjanya tidak ada kajian agama

“Mereka bilang orang kaya kami ini susah ya Gus, pengajian di luar dirasani (digunjing), apalagi yang bertato dan lain sebagainya. Sementara, di tempat ini tidak ada (pengajian). Kemudian saya tembusi manajemennya. Alhamdulillah beberapa respon,” kisahnya.

Berbeda dengan dulu saat mendapat penolakan ketika hendak memberi kajian, kini banyak pekerja malam yang merasa butuh mendapat pengajian. Tidak jarang beberapa banyak pekerja malam kemudian berhijrah menjadi lebih baik.

Bahkan sejak lima tahun terakhir langkahnya pun didukung Habib Luthfi bin Yahya asal Pekalongan. (Bal)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here