Golok

3411

Tak jarang dari keribuan kecil itu, ujung-ujungnya Mi’an harus berurusan dengan rumah sakit atau polisi setempat. Ketika misalnya, Kardi dan Salman mengeroyok Mi’an sampai babak belur, ketika Mi’an beberapa kali menyarangkan bogem pada Mastunah, istrinya.

Menurut desas-desus, Mastunah tidak kuat dimadu oleh Mi’an dengan perempuan muda lain. Dan perempuan muda itu—yang masih belum diakui Mi’an, meski bukti-bukti telah mengepungnya—adalah orang yang sudah tiga tahun mengontrak di rumahnya sendiri. Dan Mi’an sudah mengawini perempuan muda itu jauh sebelum dia mengontrak di rumah mereka.

Mi’an telah berusaha serapi mungkin menyembunyikan istri mudanya, tapi akhirnya semua itu terbongkar, saat Kardi dibuat jatuh cinta dengan istri kedua bapaknya. Itu terjadi ketika Kardi belum tahu, jika wanita yang dicintainya adalah ibu kedua baginya. Jika ia mau mengakui. Tapi kenyataannya mereka tidak mau mengakui. Maka wajar jika ‘perang’ keluarga Haji Mi’an itu terlanjur pecah.

Cerita-cerita miring tentang Mi’an sebenarnya masih banyak dan akan terus diperbincangkan anak-anak remaja yang tengah asyik main kartu truf itu. Haji Manaf juga tahu tentang cerita-cerita Mi’an. Dan dia jadi tidak senang mendengar orang-orang memanggil Mi’an dengan sebuatan ‘Haji Mi’an’. Tak ada yang berani memanggil Haji Mi’an tanpa sebutan gelar hajinya. Kecuali Haji Manaf.

***

Maka sore itu, saat langit masih bergemuruh, sementara air dari atas belum juga turun, Haji Mi’an menemui Haji Manaf di rumahnya yang hanya berjarak belasan meter. Haji Mi’an tak mampu lagi membendung amarahnya, tidak seperti langit yang masih dengan sabar menahan curah hujannya.

Haji Mi’an tidak terima dengan sikap Haji Manaf yang tidak menyertakan gelar ‘hajinya’ saat penyembelihan kurban itu, yang memang dikhususkan atas nama dirinya.

Haji Mi’an masih menenteng golok tanpa sarung. Golok yang karatan dibagian punggung dan sisi-sisinya. Tapi amat tajam pada bagian sisi depannya. Dan golok itu, bisa dipastikan mampu menebas batang pohon pisang dengan sekali ayun. Setidaknya jika niat Haji Mi’an yang ingin menebas leher Haji Manaf terlaksana, maka putuslah leher itu. Seperti dengan mudah ia memutuskan batang pohon pisang.

Orang-orang melihat dengan jelas amarah besar yang tergurat pada wajah Haji Mi’an. Mereka melihat Haji Mi’an menenteng golok di tengah-tengah jalan kampung, dengan mimik wajah yang sulit dipahami. Mereka hanya berani menyaksikan dari balik jendela rumah masing-masing. Anak-anak kecil dibikin ketakutan dan hanya berani mengikuti Haji Mi’an dari belakang, dari jarak yang cukup jauh. Sungguh pemandangan ganjil.

Sementara Mastunah terus memohon agar suaminya tidak menemui Haji Manaf dengan golok di tangan. Menemui Haji Manaf yang tengah tertidur pulas di amben depan rumahnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here