Gelaran Fase Dakwah

1856

Oleh: Ustadz Felix SiauwPengemban Dakwah

Fase pertama adalah pembiaran, peremehan, menganggap dakwah itu hanya diemban oleh orang-orang muda yang bodoh, miskin dan papa, tak punya harta apalagi kuasa.

Namun kelompok kecil itu kuat sebab iman, mulia karena akhlak, rapi sebab syariat, ide-ide mereka revolusioner mencerahkan, menjungkirbalikkan kekufuran dan pendukungnya.

Fase kedua itu fitnah dan penyiksaan, propaganda dan dera, cambuk diumbar, tombak menyasar, hukuman disebar. Dengan maksud menebar teror dan ketakutan di antara manusia.

Tapi dakwah tidak terhenti, meski wajah lebam, atau luka dalam, tulang patah atau kehormatan hilang. Kelompok itu meyakini bahwa perintah Allah tak bisa dibatalkan manusia.

Fase ketiga menjelang, lebih gila lagi dari sebelumnya, apa yang mereka yakini kini mereka langgar sendiri. Tradisi dan adat dari kaum terdahulu diselisihi, demi syahwat kekuasaan.

Lagi, dakwah diuji dengan kekurangan segala-galanya. Kini tiap jiwa yang di dalamnya ada iman kembali dicoba, manakah yang lebih penting, Pencipta ataukah semua yang diciptakan.

Kita belajar dari langkah-langkah Rasul, bahwa dakwah ini tentang kesabaran, tentang pengorbanan, tentang cinta dan kesetiaan, tentang siapa yang lebih istiqamah.

Kita dihibur oleh kisah-kisah Rasul, bahwa kemenangan yang akan menjadi ujung dari ketaatan, bahwa kebahagiaan yang akan jadi upah bagi mereka yang beriman.

Kita diberikan kesempatan yang lebih besar untuk mendapat pahala, dipilih Allah untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sudah diberi nikmat sebelum kita.

Inilah jalan yang selalu kita pinta dalam shalat, jalan yang dipilih oleh Nabi, Rasul, syuhada, dan salihin. Di mana di jalan itu kita menyelisihi mereka yang dimurkai oleh Allah Swt.

Di jalan itu mereka mempersiapkan kehidupan yang mulia dengan tegaknya Islam, atau mati yang penuh kenangan dalam syahid. Keduanya sama-sama di jalan Allah.

Sekarang fase demi fase itu dibukakan kepada kita, satu-satu, dan kini satu lagi, mungkin yang terakhir. Saat dakwah dianggap serius oleh kaum munafik, dan mereka jadi panik.

Lalu segala jalan ditutup buat pengemban dakwah, tempat eksekusi pun dipersiapkan. Yang mereka lupa, tak ada dalam sejarah, ada akhir yang baik bagi keburukan. []

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here