Fahira Idris: Warga Dunia Harus Terus Kecam China

590
Fahira Idris
Fahira Idris. (Foto: fahiraidris.id)

Jakarta, Muslim Obsession – Perlakuan represif dan kebijakan tidak manusiawi yang dilakukan pemerintah China terhadap etnis Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang menuai gelombang protes yang semakin besar dan meluas.

Kendati demikian, pemerintahan China terus menutup telinganya. Sebagai negara berpaham komunis, memang tidak ada ruang bagi rakyat China untuk mengkritik kebijakan pemerintahnya.

Hal yang sama dilakukan China kepada warga dunia yang mengkritik mereka soal Uighur. Sikap acuh, arogansi, tidak mau mendengar apalagi menanggapi protes keras dunia juga dikarenakan China merasa sudah menjadi negara adidaya.

Baca juga:

Usai Disinggung Ozil Soal Uighur, China Hapus Tayangan Laga Arsenal

Soal Muslim Uighur, Parmusi Sarankan Pemerintah Bentuk Tim Investigasi

Pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur Dilakukan Sistematis

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, karena merasa adidaya dan banyak negara dunia sudah ‘tunduk’ baik karena utang maupun investasi, China sama sekali tidak peduli terhadap protes warga dunia.

Perlakuan represif dan kebijakan tidak manusiawi yang dialami etnis Uighur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang mereka anggap urusan domestik dan kebijakan yang wajar, sehingga negara lain tidak boleh ikut campur.

“Bahkan mereka menyebar ancaman balik ke banyak negara dan warga dunia yang berani protes. Ini bentuk arogansi yang luar biasa, dan arogansi seperti ini harus dihentikan,” kata Fahira di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, melalui keterangan tertulis, Senin (23/12/2019).

Oleh karena itu Fahira menyerukan warga dunia harus terus bersuara, harus terus protes, dan harus terus mengecam. Kekuatan bersuara ini lebih dahsyat dari kekuatan ekonomi yang dimiliki China.

Menurutnya, banyak kajian ilmiah dari berbagai lembaga dunia yang menyatakan tidak lama lagi ekonomi China akan menyalip Amerika. Salah satu bukti nyata kekuatan ekonomi China adalah negara berpenduduk 1,3 miliar ini menjadi kreditor resmi terbesar melampaui IMF atau Bank Dunia karena mampu memberi pinjaman (utang) ke ratusan negara.

Sementara dari sisi investasi, bank-bank China mendanai proyek-proyek infrastruktur besar di 78 negara di seluruh dunia. Tidak heran banyak negara yang juga menutup mata dan telinganya atas apa yang terjadi di Xinjiang termasuk negara-negara berpenduduk muslim.

Tujuan penguasaan ekonomi dunia ini, lanjut Fahira, adalah agar banyak negara berpihak kepada China saat mereka memutuskan kepentingan nasionalnya terkait dengan isu-isu kebijakan salah satunya soalnya Uighur.

“Jika institusi negara sudah tidak bisa diharapkan, maka warga dunialah yang harus mengambil peran untuk terus mengecam sembari mendesak PBB dan negara-negara yang sudah punya sikap tegas terkait Uighur untuk memberi sanksi kepada China,” tegas Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR ini. (arh)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here