Fahira Idris Desak Pemerintah Sosialisasikan Masif dan Komprehensif Peruntukan SKM

834
Fahira Idris
Fahira Idris. (Foto: fahiraidris.id)

Jakarta, Muslim Obsession –  Ketua Komite III DPD RI yang membidangi persoalan kesehatan Fahira Idris mengatakan, persepsi sebagian besar masyarakat Indonesia yang menganggap susu kental manis (SKM) adalah asupan yang setara dengan susu harus segera diubah.

Untuk itu ia mendesak perlu segera ada sosialisasi masif dan komprehensif dari pemerintah, termasuk meminta para produsen susu mengubah pesan dalam setiap tayangan iklannya, dan memberi peringatan peruntukan SKM terutama batasan usia di kemasan produknya.

Menurut Fahira, selama ini ada dua persepsi yang timbul di masyarakat terkait peruntukan SKM. Persepsi pertama, yang paling banyak dipercaya masyarakat adalah SKM adalah susu. Semakin sering mengonsumsinya maka semakin sehat terlebih buat anak-anak. Iklan SKM di televisi menjadi faktor yang paling kuat membentuk paradigma berpikir seperti ini.

Persepsi kedua yakni ada sebagian kelompok masyarakat yang sudah memahami bahwa SKM bukan susu dan tidak boleh dikonsumsi berlebihan, tetapi bingung karena tidak ada sosialisasi masif terkait hal ini dari Pemerintah.

“Sebenarnya polemik ini kan sudah bergulir cukup lama di masyarakat. Namun, apapun itu kita apresiasi penegasan yang dikeluarkan BPOM beberapa waktu lalu. Namun penegasan soal SKM ini harus disertai dengan sosialisasi masif dan komprehensif ke seluruh penjuru Indonesia. Saya harap baik BPOM maupun Kemenkes segera merumuskan sosialisasi soal SKM secepat mungkin, terutama ketegasan batas usia yang dilarang mengonsumsi SKM,” tutur Fahira di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/7/2018).

Fahira mengungkapkan, sosialisasi masif dan komperehensif diperlukan karena sudah berpuluh-puluh tahun terbentuk mindset di masyarakat bahwa SKM adalah susu yang sehat buat siapa saja dan minuman bergizi untuk seluruh keluarga sehingga semakin sering dikonsumi semakin baik.

“Masif maksudnya menggunakan berbagai saluran komunikasi dan sosialisasi dengan volume yang intensif agar informasi soal SKM mudah diketahui masyarakat. Sedangkan komprehensif maksudnya pesan dan tujuan sosialisasi soal SKM ini tepat dan tidak multi tafsir. Jangan sampai sosialisasi ini membuat masyarakat menjadi antipati terhadap SKM. Ini tentunya tidak kita inginkan bersama,” jelas senator asal Jakarta ini.

Indonesia, lanjutnya, sedang menghadapi tantangan serius di bidang kesehatan, yakni  beban ganda penyakit. Jika pada era 1990-an penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan Diare. Namun sejak 2010 penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung, dan kencing manis menjadi penyebab utamanya.

“Ini semua diakibatkan gaya hidup dan konsumsi pangan yang tidak sehat. Penyakit-penyakit tidak menular ini sekarang mendominasi penyebab kematian dan kesakitan terbesar. Dampaknya apa?Bbeban pada pembiayaan kesehatan negara membengkak, makanya BPJS Kesehatan selalu defisit. Makanya program kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif harus diutamakan, termasuk sosialisasi soal SKM ini,” tegas Fahira. (arh)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here