Era Disrupsi Membuat Orang Harus Mampu Ikuti Perubahan

550
Direktur Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization (Pristac/Setingkat SMA) Depok, Dr. Muhammad Ardiansyah, saat tampail sebagai narasumber dalam Dialog Kebangsaan bertema "Tantangan Pendidikan di Era 4.0 dan Masa Depan Peradaban Indonesia" di Makassar, Sabtu (22/2/2020).

Makassar, Muslim Obsession – Era disrupsi memungkinkan terjadinya perubahan secara cepat yang dialami secara tiba-tiba dan membuat setiap orang harus cepat beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Dampaknya, jika seseorang tidak siap dengan perubahan itu maka dirinya akan terpental.

Demikian disampaikan Direktur Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization (Pristac/Setingkat SMA) Depok, Dr. Muhammad Ardiansyah, saat tampail sebagai narasumber dalam Dialog Kebangsaan bertema “Tantangan Pendidikan di Era 4.0 dan Masa Depan Peradaban Indonesia”.

Dialog Kebangsaan digelar Muktamar III Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP LIDMI) yang bertempat di Baruga A.P Pettarani Universitas Hasanuddin Kota Makassar Sulawesi Selatan, Sabtu, (22/02/2020).

Ardiansyah menegaskan, Islam memiliki cara pandang tersendiri dalam menyikapi perubahan itu dengan cara yang adil dan bijak. Perubahan itu pula ada yang sifatnya mutlak dan mengalami perubahan.

“Dalam Islam sifat perubahan itu ada dua, yang pertama adalah perubahan yang tidak berubah, contohnya masalah Iman dan adab. Dan cakupan adab itu sangat luas. Adab kepada Allah, guru dan lainnya. Perubahan boleh terjadi tapi iman dan adab tidak boleh berubah. Perubahan ada yang tetap dan ada yang terus berubah. Yang tetap kita jaga seperti adab dan keimanan. Dan yang berubah seperti tekhnologi informasi akan kita ikuti,” lanjut Alumni UIKA Bogor ini.

Penulis buku Syair-Syair Pendidikan Adab Imam Syafi’i ini kemudian memaparkan tentang konsep adab terhadap ilmu dengan tidak memisahkan antara ilmu agama dengan ilmu ‘aqliyah.

“Konsep adab terhadap ilmu, yakni ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Ilmu itu tidak boleh di kotomi terpisah antara agama dengan ilmu hukum, ilmu kedokteran dan ilmu yang lainnya. Islam tidak memisahkan antara ilmu agama dengan geografi. Sebagaimana penjelasan di dalam Al-Quran,” paparnya.

Terpisahnya agama dengan ilmu pengetahuan, sebenarnya bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Karena tujuan pendidikan adalah melahirkan generasi yang beriman dan berakhlak mulia.

“Tujuan pendidikan nasional adalah untuk melahirkan manusia-manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Karena hanya pendidikan seperti ini yang akan melahirkan manusia yang bermanfaat di segala bidangnya baik di kedokteran, hukum dan lainnya,” sambungnya.

Oleh karena itu, Ardiansyah mengajak kepada seluruh peserta Dialog Kebangsaan agar mengambil peran dalam membangun arsitek peradaban ke depan.

“Setiap kita harus mengambil peran peradaban di masing-masing potensi yang kita miliki dan menjadi bagian dari arsitek peradaban itu. Lahirnya peradaban adalah karena besarnya peranan setiap orang di bidangnya,” tutupnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here