Din Syamsuddin Minta Indonesia Contoh NTB

1005
Silaturahmi Pemuka Agama di NTB (Foto: Istimewa)

NTB, Muslim Obsession – Kantor Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan silaturahmi para pemuka agama-agama se-NTB di Pendopo Gubernuran NTB, Ahad (15/7/2018).

Agenda silaturahmi tersebut adalah sosialisasi Kesepakatan Pemuka Agama hasil Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa (MBPA-UKB) yang telah diselenggarakan pada 8-10 Februari 2018 di Jakarta.

Dalam kegiatan tersebut, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menyampaikan bahwa selayaknya Indonesia dapat mencontoh NTB dalam merajut kemajemukan dan kerukunan. Hal itu tercermin dalam ekspremintasi kepemimpin yang baru saja berlangsung. Menurutnya, pilgub NTB menunjukkan bahwa masyarakat NTB tidak eksklusif.

“Masyarakat NTB tidak seperti yang disampaikan oleh survey-survey sebagai kelompok eksklusif. Eksperimentasi kepemimpinan di NTB ini juga menunjukan bahwa kita memiliki modal yang bersifat nilai untuk hidup harmonis.  Kita punya agama-agama yang sangat menekankan wawasan jalan tengah. Adapula modal sosial yang di NTB disebut pesematonan atau persaudaraan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Muslim Obsession, Senin (16/7/2018).

Senada dengan itu, Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menyampaikan bahwa Bali, NTB, NTT yang dulu disebut Sunda Kecil dapat menjadi miniatur Indonesia dalam konteks kerukunan antar-umat beragama. Dia mengatakan bahwa tiga provinsi ini  merepresentasikan agama-agama besar di Indonesia.

“NTB mayoritasnya Muslim. Bali mayoritasnya Hindu. NTT mayoritasnya Kristen dan Katolik. Tetapi, semua rukun dan harmonis,” ungkapnya.

Menurut pria yang biasa disapa TGB ini, keharmonisan antar-umat beragama di wilayah eks Sunda Kecil karena secara faktual masyarakat diikat oleh hubungan yang kuat. Baik hubungan sosial, ekonomi, maupun budaya, “dalam konteks Indonesia yang beragam, ekonomi maupun sosial-budaya dapat menjadi ruang untuk membangun kerukunan umat beragama,” tambahnya.

Anwar Abbas menilai, MBPA-UKB merupakan kelanjutan Sumpah Pemuda. Sebab ada kebersamaan di dalam dua agenda besar itu. “Dan keduanya merupakan upaya kita menjaga kohesivitas yang merupakan kunci dalam merawat kerukunan,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Philip K. Widjaja menuturkan bahwa dalam ajaran agama Buddha, sudah dihayati secara mendalam bahwa semua agama sama-sama mempunyai tujuan yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dari salam umat Buddha yang mendoakan agar semua makhluk berbahagia.

“Kita tidak hanya mendoakan saudara sesama manusia, tetapi juga mendoakan lingkungan bahkan hewan,” katanya.

Menurut Romo Agustinus Ulahayanan, dalam ajaran Katolik diyakini bahwa menghormati umat lain artinya menghormati sesama manusia. Saling menghormati dan menghargai merupakan kewajiban umat Katolik. Sebab, menghargai manusia lain sama artinya dengan menghargai Tuhan yang menciptakannya.

Wisnu Bawa Tenaya meyakini, jika seluruh umat agama di Indonesia rukun dan harmonis selalu maka bisa bekerja sama mencapai keadilan sosial. “Keadilan sosial adalah tujuan akhir bernegara. Pancasila dan agama saling memperkuat pondasi kita bernegara,” ujar Wisnu yang merupakan salah satu Anggota Dewan Pertimbangan BPIP.

Pendeta Chrisye menegaskan, Kesepakatan Pemuka Agama dalam MBPA-UKB harus menjadi buku saku yang selalu dibawa para pemuka agama. Sebab menurutnya, ada  masa depan Indonesia di dalam buku itu.

Silaturahmi tersebut dihadiri oleh puluhan tokoh agama dari seluruh Nusa Tenggara Barat. Silaturahmi dipimpin oleh Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban, Prof. Dr. M. Din Syamsuddin. Adapun hadir tokoh majelis-majelis agama pusat sebagai narasumber, yakni Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. Anwar Abbas, Wakil Sekretaris Jenderal Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Chrisye Anki Gosal, Ketua Komisi Hubungan Antar-agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Ulahayanan, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, serta Ketua Perhimpunan Majelis Agama Buddha Indonesia (Permabudhi) Arief Harsono didampingi Philip K. Widjaja. (Bal)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here