Di Tenda Pengungsi Korban Gempa, Pakaian Bekaspun Masih Jadi Rebutan

779
Tak cuma pakaian, warga pengungsi juga berebut bahan makanan. (Foto: Nurbowo)

Muslim Obsession – Sekitar 17 ribu jiwa pengungsi memenuhi jalan sepanjang 3 km di penghujung Selatan Negeri Liang, Kec Salahutu, Maluku Tengah. Mereka tinggal di tenda-tenda biru, berserak sejak di pinggir jalan hingga ngumpet di perbukitan.

Pada hari-hari pertama di pengungsian akibat gempa 6,2 SR pada 26 September lalu, bantuan dari LSM dan LAZ masih berbondong-bondong datang.

“Bantuan banyak sekali waktu itu, terutama mie instan dan air gelas,” kata Fauzan, warga Liang, yang ditemui Selasa (15/10/2019).

Namun, belakangan, bantuan menyusut drastis. Relawan banyak berkurang. Padahal, masa tanggap darurat diperpanjang.

Gempa susulan masih sering menderu. Pengungsi takut dan trauma. Bahkan keluarga yang rumahnya rusak ringanpun, masih ogah pulang.

Bertahan di tenda darurat yang mulai compang-camping, pengungsi hidup dalam kondisi nelangsa. Bahkan 4 bal pakaian bekas yang dibawa relawan posko Al-Anshor yang terdiri Ponpes Al-Anshor, LAZNAS Dewan Dakwah, dan ARM HA-IPB, ludes dalam sekejap. Pun demikian dengan telur dan deterjen, serta balon ARM HA-IPB.

Namun, Ny Fatma masih terlewatkan. Ia salah satu dari 40 keluarga pengungsi di Dusun Warhahai. Lantaran posisi pengungsian di ujung jalan, Ny Fatma mengaku selama ini sedikit atau bahkan tidak kebagian logistik bantuan.

“Bantuan su habis di depan sana, beta tak ada dibagi,” katanya sambil tersenyum saat ditemui Selasa lalu.

Selain logistik, pengungsi Warhahai juga sangat butuh air bersih. Terutama buat wudhu.

“Air kami harus turun ke sungai, jalan 2 km,” terangnya.

Dengan dukungan Anda, insya Allah kita segera bantu kebutuhan vital kamp pengungsi Warhahai ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here