Demi Persatuan Umat, Parmusi Imbau Masyumi Bersatu

1976
Ketua Umum Parmusi H. Usamah Hisyam bersama dua pimpinan Partai Masyumi, Ahmad Yani dan Ustadz Farid Ahmad Okbah. (Foto: Muslim Obsession/istimewa)

Jakarta, Muslim Obsession – Ketua Umum Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) Usamah Hisyam mengimbau agar Partai Masyumi yang memiliki dua kepengurusan, yakni Partai Masyumi pimpinan Ahmad Yani dan Partai Masyumi Ustadz Ahmad Farid Okbah agar segera bersatu dalam sebuah wadah parpol yang dapat mengakomodasi aspirasi perjuangan politik umat Islam pada Pemilu 2024.

Hal itu disampaikan Usamah usai pertemuan dengan Ahmad Yani dan Ustadz Ahmad Farid Okbah di Markas Dakwah Parmusi di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (3/5/2021) usai shalat Tarawih.

Tampak hadir dalam pertemuan itu Bendahara Umum Parmusi Dewi Achyani dan Ahmad Murjoko, penulis buku Mosi Integral M. Natsir yang merupakan Ketua Umum Partai Masyoemi dalam Pemilu 1955. Saat itu Masyoemi keluar sebagai pemenang kedua Pemilu paling demokratis dalam sejarah Indonesia setelah PNI (Partai Nasional Indonesia).

Usamah mengatakan, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) didirikan pada awal Orde Baru, yakni tahun 1967 sebagai reinkarnasi Partai Masyoemi. Dan pada Pemilu 1971 Parmusi mendapatkan 24 kursi DPR RI. Tahun 1973, Parmusi melakukan fusi politik bersama Partai NU, PSII dan Perti ke dalam tubuh PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

Parmusi sendiri menjadi ormas Muslimin Indonesia, yang para tokohnya pada tahun 1999 mendeklarasikan kembali ormas Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia). Sejak Usamah terpilih menjadi Ketua Umum Parmusi pada Muktamar ke-3 tahun 2015, Parmusi mengubah orientasi dari political oriented menjadi dakwah oriented hingga saat ini dengan tagline “connecting muslim”.

“Terus terang, sebagai Ketua Umum Parmusi saya sedih sekali melihat lahir kekuatan politik umat yang terpecah belah. Padahal karakter Partai Masyoemi yang diperjuangkan Mohammad Natsir adalah persatuan umat, bahkan persatuan bangsa dengan adanya Mosi Integral M. Natsir 1950 yang melahirkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia),” ujar Usamah.

“Karena itu tadi saya sampaikan kepada kedua Ketua Umum Partai Masyumi agar bersatu. Meskipun yang satu berencana berubah nama menjadi Partai Dakwah Republik Indonesia, saya tegaskan perpecahan kekuatan politik Islam itulah yang dinantikan global intelligent conspiration yang islamophobia, agar kekuatan politik umat tidak bersatu sehingga menjadi lemah,” tandas Usamah.

Ia mengungkapkan, saat ini kekuatan umat Islam teralienasi, terus dilemahkan sehingga tidak berdaya, baik infra struktur politik maupun suprastruktur politik. Karena memang sejak dekade Perang Dingin Dunia era 1960an, bangkitnya kekuatan Yahudi dengan bendera illuminati yang sangat mempengaruhi kebijakan pemerintahan Amerika Serikat, berhasil mengembangkan misi globalisasi, yakni neo imperialisme dan neo liberalisme agar dapat menguasai dunia.

Untuk mencapai tujuannya, maka dikembangkan strategi di semua negara dunia, yakni isu demokrasi, HAM, dan liberalisasi.

Terdapat dua kekuatan yang bisa menjadi faktor penghambat, yakni komunisme dan islamisme.

“Hancurnya USSR melalui glasnost dan perestroika yang melanda Uni Soviet dekade 1980-an akibat krisis politik dan ekonomi di era Presiden Mikhail Gorbachev hingga USSR (komunisme) bubar awal 1990an, menempatkan Islam kini menjadi satu-satunya musuh misi globalisasi yang harus dihancurkan,” jelas Usamah.

Kekuatan Islam terbesar di dunia saat ini, kata Usamah, adalah Indonesia. Upaya untuk melemahkan Indonesia dimulai sejak reformasi 1998 dengan menghancurkan kekuatam Dwi Fungsi ABRI melalui amandemen UUD 1945. Arah dan blue print reformasi yang tak jelas dan dikendalikan kekuatan global, terbukti semakin menjauhkan bangsa Indonesia dari cita-cita Proklamasi 1945.

“Hari ini bangsa Indonesia makin terkoyak-koyak. Kemiskinan, kebodohan di mana-mana, umat Islam seperti tidak berdaya, korupsi merajalela. Lantas, mengapa dalam kondisi bangsa seperti ini kekuatan politik umat Islam harus terpecah-pecah?” tegasnya.

“Ingat, saat ini terdapat gerakan global intelligent untuk saling membenturkan kita sebagai suatu bangsa dengan umat Islam terbesar di dunia. Sasarannya, agar bangsa ini terpecah menjadi tujuh negara,” ungkap Usamah.

“Semua itu harus kita cegah. Kuncinya cuma satu: umat Islam harus bersatu. Karena itu para pemimpin umat harus merapikan shaf jamaahnya terlebih dahulu, harus bersatu, lantas menentukan siapa yang pantas menjadi imam, komandan lapangan, dan seterusnya. Kita harus melahirkan kekuatan partai politik yang bisa mempersatukan semua komponen umat. Jauhkan ego sectoral, karena persoalan bangsa ini ke depan terlalu besar untuk dihadapi tanpa persatuan umat,” kata Usamah.

Mantan anggota Komisi I DPR RI (1997-1999) ini menyatakan bahagia, karena baik Ahmad Yani dan Ustadz Ahmad Farid Okbah setuju dengan gagasan persatuan umat.

“Insya Allah kedua tokoh akan membahasnya dengan Majelis Syuro masing-masing. Nanti saya juga akan melapor kepada sejumlah ulama khas nasional untuk bertemu lebih lanjut,” tuturnya.

Ketika ditanya, siapa para ulama tersebut, Usamah hanya tertawa. “Adalah. Yang pasti, saya tidak melangkah sendiri,” cetusnya. (Mam)

3 KOMENTAR

  1. Semoga bersatu sehingga tidak terkoyak dan terpecah belah, dan semoga ust usamah, ust, farid dan ust ahmad yani sehat selalu sehingga Allah berikan ruang untuk mempin dan membina kemana arah umat ini harus melangkah..

  2. Alhamdulillah ya Allah berkah Ramadhan yg suci dam mulia ini ustad Faridh dan A Yani bersatu …menjadi gambaran bagi kita bagaimana menyelesaikan suatu masalah dg musyawarah,dan duduk bersama.
    Indah nya Islam dalam kebersamaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here