Cinta dan Dukungan Politik

1087

Cinta karena dorongan fitrah (alami) tidak berarti rasional. Hanya saja kekuatan rasa emosi menjadikan pertimbangan rasional menjadi minim bahkan tenggelam. Bagaimana mungkin seorang anak rela berhadapan dengan ayahnya dan membunuhnya dalam sebuah peperangan. Tapi cinta kepada Allah menuntut demikian ketika cinta kepada ayah itu merendahkan kecintaan kepada Allah Swt.

Allah menegaskan: “Kamu tidak akan mendapati sekelompok orang yang mencintai siapa yang membenci Allah”.

Pada sisi lain, mencintai Rasul itu, khususnya bagi mereka yang tidak satu etnis, apalagi memiliki hubungan keluarga dengan Rasul, pastinya sebuah cinta pilihan. Cinta pilihan (hubb ikhtiyari) ini biasanya terbangun di atas dasar pemahaman. Inilah yang dimaksud sebagai cinta yang terbangun di atas dasar rasionalitas.

Ambillah contoh cinta Umar kepada Rasulullah Saw. Secara alami tentu Umar RA lebih mencintai dirinya dari Rasulullah Saw. Tapi setelah diolah oleh pemikiran yang lebih matang, akhirnya pilihan untuk mencintai Rasulullah Saw mengalahkan rasa emosi yang lebih mencintai dirinya sendiri. Menundukkan rasa emosi ini pada galibnya terjadi ketika pertimbangan rasionalitas menguat.

Selain kedua bentuk cinta di atas, ada lagi satu bentuk cinta yang terbangun di atas dasar ego (hawa nafsu). Sebenarnya cinta karena ego atau nafsu awalnya bukanlah masalah. Hanya saja jika cinta karena ego (nafsu) ini menjadi dominan maka aspek rasionalitasnya menjadi minim.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here