Cerita Jamaah Haji Penambal Ban yang Kaget dengan Layanan Haji

1442

Jangan khawatir. Apa yang ditanyakan oleh anggota KPHI itu ternyata sudah dipikirkan masak-masak oleh Lukman dan jajarannya. Jika di tahun-tahun sebelumnya hanya ada empat konsultan ibadah haji di Makkah dan dua konsultan di Madinah, kini untuk kali pertama Kemenag menyediakan empat konsultan haji di Madinah dan 14 konsultan ibadah di Makkah.

Mereka adalah para profesor, doktor, master atau kyai yang dihormati karena penguasaan mereka atas ilmu fiqih. Semua konsultan itu disebar di 11 sektor yang ada, sedang tiga konsultan yang lebih berpengalaman menetap di kantor daerah kerja (Daker) Makkah. Hampir sebulan kemudian, datang lagi lima konsultan susulan untuk membantu para konsultan yang datang lebih awal.

Inti tugas para konsultan itu adalah menjawab begitu banyak persoalan manasik haji yang dihadapi jamaah, mulai dari persoalan miqat (tempat awal berhaji atau berumrah), pakaian ihram dengan segala larangannya, tawaf, sai, wukuf, mabit, jamarat dan banyak istilah manasik lain berbahasa Arab yang membuat pusing para jamaah.

Maklum, kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, jadi  wajar banyak umat Islam tak akrab dengan ibadah yang satu ini. Nabi Saw. hanya berhaji sekali seumur hidup, tapi jenis haji ada tiga. Ini saja sudah menimbulkan banyak perbedaan pendapat dalam mazhab-mazhab.

Setiap konsultan tentu tak sendirian melayani rata-rata 18.000 jamaah di setiap sektor. Masing-masing mereka ditemani satu petugas pembimbing ibadah. Tapi, berdua saja pun tak cukup melayani para jamaah.

Sebab itu, di setiap kelompok terbang (kloter) juga terdapat petugas ibadah yang menyertai mereka sejak dari bandara masing-masing di tanah air sampai mereka kembali ke tanah air. Selain berceramah dari satu hotel ke hotel lain setiap hari dengan jadwal yang sangat padat, para konsultan ibadah haji itu masih dapat tugas piket di Masjid Harom. Lho, mengapa mereka masih harus piket di masjid suci itu?

Ssssssssst … diam-diam saja ya. Terlalu banyak jamaah yang tersesat di masjid raksasa itu karena kebanyakan mereka datang dari kampung dan baru sekali ke luar negeri, banyak juga yang terlepas dari rombongan saat bertawaf atau bersa’i lalu nyasar pulang, bahkan tak sedikit mereka yang menyerah di tengah jalan saat bertawaf atau bersa’i.

Saat konsultasi ibadah berlangsung, sejumlah konsultan menemukan kasus saat jamaah laki-laki menggunakan pakaian ihram lalu melaksanakan umrah, ternyata mereka masih menggunakan celana dalam. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here