Cara Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghazali

1089
Ilustrasi: Dialog ibu dan anak. (Foto: muslimmomy)

Oleh: Drs H. Tb Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Imam Al-Ghazali menulis beberapa adab untuk para pendidik anak-anak. Satu pernyataannya yang menjadi sorotan saya, yaitu:

 آداب معلم الصبيان–يبدأ بصلاح نفسه، فإن أعينهم إليه ناظرة وآذانهم إليه مصغية، فما استحسنه فهو عندهم الحسن، وما استقبحه فهو عندهم القبيح

“Adab pendidik anak-anak. Pertama, ia harus mulai memperbaiki dirinya sendiri karena mata anak-anak menyaksikannya dan telinga mereka memerhatikannya. Apa yang menurutnya baik, maka itu dianggap baik oleh mereka. Apa yang menurutnya buruk, maka itu dianggap buruk oleh mereka,” (Lihat Al-Imam Al-Ghazali, Al-Adab fid Din, Beirut: Al-Maktabah As-Sya’biyyah, tanpa catatan tahun, halaman 154).

Saya sengaja fokus pada satu pernyataan Imam Al-Ghazali ini. Karena setelah saya menyaksikan acara-acara di televisi lebih banyak adalah tontonan buruk yang sangat tidak mendidik serta tidak pantas untuk ditiru.

Kita lihat di depan mata ada anak kecil yang dididik orang tua untuk joget dan mereka gembira serta dianggap bakat yang terpendam.

Dari pernyataan Imam Al-Ghozali di atas, kita memahami bahwa anak-anak itu meniru gaya apa saja yang dilihatnya dan semua itu bagus menurut mereka. Misalnya, anak-anak melihat goyang artis yang memamerkan pantat dan pinggul, ketika gerakannya dianggap enak dilihat, maka mereka pun akan meniru gerakan tersebut.

Padahal menurut sifat agama, hal itu tidak boleh dipamerkan karena bagian dari aurat, namun mereka antusias meniru bahkan ada yang diajarkan.

Ingatlah bahwa pembiasaan anak wanita yang tidak malu memakai rok pendek, celana ketat pendek, dan juga belahan dada terbuka, maka akan membekas sampai dia dewasa. Bila sudah masa dewasa maka perlu ekstra mengajari mereka tentang TABIAT AGAMA KITA, karena boleh jadi mereka akan menentang kita karena salah didik ketika usia dini.

Imam Ghazali menegaskan bahwa masa dini harus ditekankan pada inti ajaran Islam walaupun belum sepenuhnya dilaksanakan.

Misalnya, memakai rok panjang. Ketika bermain di luar atau celana panjang gombrong bagi usia balita, usia SD dibiasakan rok panjang jangan memakai rok pendek atau super pendek, karena kebiasaan memakai baju dan celana ketat ini menyebabkan anak tidak punya rasa malu.

Atau jangan disuruh berenang di kolam yang bercampur antara laki-laki dan prempuan. Jika ini dibiasakan, maka tidak mustahil setelah besar mereka akan telanjang di depan laki-laki yang bukan mahramnya karena sudah terbiasa seperti itu.

Jadi jika memang joget itu buruk, maka jangan ajarkan ke anak-anak. Pasalnya, hal-hal buruk meskipun tidak diajarkan akan mudah ditiru anak-anak, apalagi jika sengaja diajarkan kepada mereka.

Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here