Cahaya Islam di Makula

1236

Bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala itulah yang membuat Miftah memiliki keinginan yang besar untuk turut membantu para korban dan menjadi Khalifah Fil Ardh. Akhirnya Miftah dan sejumlah relawan berinisiatif untuk membantu mereka dengan menggalang dana agar bisa ditukar menjadi paket kebahagiaan untuk anak-anak Sulteng. Mereka mengemas kebutuhan sekolah dalam tas yang berwarna cerah dengan gambar menarik. Tujuannya sederhana, para relawan ingin mengabarkan kepada anak-anak bahwa mereka tak pernah melewatkan bencana sendirian.

“Kita baru akan menjadi manusia jika memulai untuk membantu sesama,” pesan Miftah.

Menjadi Khalifah Fil Ardh adalah keinginan terbesar Miftahul Jannah Wasnur, salah satu relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Pinrang. Baginya manusia pada hakikatnya diciptakan di dunia sebagai khalifah untuk memelihara bumi atau sering disebut sebagai Khalifah Fil Ardh. Untuk mewujudkan hal itu memang tak mudah, tapi dengan tekad yang kuat Miftah terus melakukan apa yang menjadi keinginannya melalui MRI.

“Kita jadi manusia terlahir di dunia dalam diri kita sudah melekat Khalifah Fil Ardh. Selama 25 tahun saya menjalani hidup saya. Saya belum pernah sepenuhnya menjalankan kewajiban utama saya sebagai manusia, dan setelah saya menemukan MRI, pelan-pelan saya belajar, ternyata menjadi Khalifah Fill Ardh itu prosesnya sangat rumit, sangat sulit, dan butuh perjuangan luar biasa,” katanya.

Keinginan menjadi Khalifah Fil Ardh, ternyata telah membangkitkan hati Miftah untuk terus berbuat kebaikan melalui MRI. Dengan konsisten Miftah bersama relawan MRI lainnya membina kampung mualaf di Dusun Makula, Kelurahan Betteng, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Saat pertama Miftah dan para relawan menyambangi kampung tersebut, belum banyak yang tinggal di kampung itu. Hanya ada lima rumah dengan penghuni yang tidak mencapai seratus orang, mereka merupakan penduduk mualaf yang memilih tinggal secara komunal di ketinggian Pinrang.

Walau sudah memeluk Islam sejak lama, mualaf di Lembang, kata dia masih belum banyak mengetahui tentang Islam, bahkan masih terdapat beberapa orang yang belum mengerti tata cara berwudhu. Karena itu dengan menggunakan sepeda motor, sebanyak 72 orang relawan MRI bergerak dari berbagai daerah seperti Makassar, Takalar, Sinjai, Soppeng, Wajo, Pare-pare, Pinrang, Sidrap, dan Palopo menuju ke dusun tersebut lewat program Humanity Touring mengusung tema “Bangkitkan Islam Bangun Peradaban”.

Tak sekadar berkunjung, para relawan juga membawa bantuan dari berbagai pihak atau donatur seperti perlengkapan shalat, buku Iqra, Mushaf Al-Quran, Pakaian baru, makanan tahan lama, tikar, dan terpal.

“Relawan MRI Pinrang yang pertama kali mengumandangkan adzan di Makula, di masjid kampung ini. Setelahnya tekad kami untuk terus mengumandangkan semangat Islam bagi penduduk Makula. Kasihan masyarakat di sini, mereka sangat minim pengetahuan tentang agamanya, bahkan masih ada yang belum tahu tentang jumlah rakaat shalat, berwudhu hingga mengurus jenazah dengan cara Islam,” katanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here