BJ Habibie: Kinerjanya Dihujat, Setelah Tiada Dipuja

1270

Langkah Kuda Habibie

Habibie sendiri bagai tidak peduli dengan berbagai kritik dan cemoohan itu. Ia terus bekerja, dan kadang-kadang menyampaikan pikirannya, tidak peduli pikirannya menyentuh bidang kerja koleganya sesama menteri.

Demikianlah misalnya, suatu ketika Menristek BJ. Habibie berpolemik secara terbuka dengan Menteri Pendidikan Fuad Hasan.

Di balik sikap yang apa adanya dan penuh percaya diri, Habibie sangat menghormati para senior.

Maka, ketika para senior yang tergabung dalam Petisi 50 –sebuah kelompok pengeritik Presiden Soeharto terdiri dari negarawan senior seperti M. Natsir, Manai Sophian, A.H. Nasution, dan Ali Sadikin– mengeritik industri strategis yang dikomandani Habibie, respon yang diberikan berbeda.

Habibie mengundang seluruh anggota Petisi 50 berkunjung ke IPTN, industri senjata Pindad, dan industri kapal laut PAL.

Langkah Habibie bukan saja mengejutkan jagat politik, tetapi juga mengubah peta politik nasional.

Para penandatangan Petisi 50 yang sejak 1980 dibunuh hak-hak sipilnya oleh rezim Orde Baru, tiba-tiba hadir dan menjadi tamu kehormatan menteri kesayangan Presiden Soeharto.

Di tengah perdebatan apakah langkah Habibie seizin Soeharto atau tidak, publik dikejutkan oleh hadirnya salah seorang penandatangan Petisi 50 yang juga Juru Bicara Partai Masyumi, Anwar Harjono, di Istana. Bersama Ketum MUI K.H. Hasan Basri, Ketum PP Muhammadiyah K.H. A. Azhar Basjir, dan Rois Aam PBNU K.H. Ilyas Ruhiyat; dalam posisi sebagai Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Harjono bertemu Presiden Soeharto.

Sesudah itu publik menyaksikan Panglima ABRI Jenderal Feisal Tandjung mengunjungi seniornya yang lama dipenjara oleh rezim Orde Baru: Letnan Jenderal H.R. Dharsono. Puncaknya, tentu saja pertemuan dua prajurit tua: Jenderal Nasution dan Jenderal Soeharto.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here