BIN Australia Tak Mau Lagi Gunakan Istilah ‘Teroris Islam’

4367

Jakarta, Muslim Obsession – Badan intelijen domestik atau BIN-nya Australia memutuskan tidak lagi menggunakan istilah teroris Islam dalam menggambarkan kekerasan yang dimotivasi agama atau gerakan politik.

Bos Australia Security and Intelligence Organisation (ASIO), Mike Burgess, menganggap “kata-kata” itu penting dan berpengaruh dalam membentuk pandangan setiap orang dalam melihat masalah. Karena itu, menurutnya, penggunaan istilah “Teroris Islam” selama ini merusak dan menyesatkan umat Islam.

“Beberapa kelompok Muslim-dan lain-lain-melihat istilah ini merusak dan menyesatkan Islam, dan menganggap sebutan itu menstigmatisasi mereka dan mendorong stereotip serta memicu perpecahan,” kata Burgess saat menyampaikan pidato tahunan tentang ancaman negara pada Rabu (17/3).

“Dengan cara yang sama, kami tidak menyelidiki orang karena pandangan agama mereka-sekali lagi, kekerasanlah yang relevan dengan kapasitas kami (sebagai lembaga keamanan)-tetapi itu menjadi tidak jelas ketika kami menggunakan istilah ‘ekstremisme Islam’,” ujarnya.

Burgess mengatakan apa yang selama ini kerap disebut sebagai “ekstremisme sayap kanan” terus berkembang secara signifikan di Australia selama setahun terakhir.

Dia mengatakan ASIO kini akan menggunakan istilah luas yakni “ekstremisme kekerasan yang dimotivasi oleh agama atau ideologis” dalam menggambarkan segala bentuk kekerasan yang dilakukan kelompok-kelompok tertentu.

Burgess memaparkan penyelidikan terhadap ekstremis ideologis telah terjadi di semua negara bagian dan teritori Australia. Dia mengatakan ekstremisme ideologis tersebar lebih luas di seluruh negeri, termasuk di daerah regional dan pedesaan tidak seperti bentuk ekstremisme lainnya.

“Orang-orang sering mengira kita berbicara tentang skinhead dengan tato swastika dan sepatu bot dan Romper Stomper, tetapi itu tidak lagi begitu jelas,” kata Burgess.

Dikutip Sydney Morning Herald, Burgess mengatakan label-label seperti “tidak lagi sesuai dengan tujuan” dan tidak cukup menggambarkan fenomena yang dilihat.

Dia melihat saat ini ekstremisme ideologis cenderung sering dimotivasi karena keluhan sosial dan ekonomi daripada nasionalisme.

“Sering kali mereka yang terpapar itu muda, terpelajar, pandai bicara, bahkan kelas menengah, dan ini tidak mudah diidentifikasi,” kata Burgess. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here