Bertemu PP Muhammadiyah, Kiai Ma’ruf Minta Didoakan

969
Ma'ruf Amin Silaturahim ke PP Muhammadiyah, Rabu (5/9/2018) (Foto: Muhammadiyah)

Jakarta, Muslim Obsession – Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH. Ma’ruf Amin, bersilaturahim ke kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta, Rabu petang (5/9/2018).

Tepat pukul 18.46 WIB, rombongan dua mobil Kiai Ma’ruf tiba di halaman gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah disambut oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, serta jajaran Ketua PP Muhammadiyah lainnya.

“Muhammadiyah merupakan  representasi dari umat Islam sehingga saya secara formal ingin memberitahukan bahwa saya ditunjuk sebagai wapres, saya meminta doa,” ujar calon wakil presiden pasangan Joko Widodo itu melalui siaran pers Muhammadiyah, Kamis (6/9/2018).

“Kita dengan senang hati menerima kunjungan Kyai. Ngobrol santai, tapi menyinggung hal-hal substantif tentang bangsa,” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

Menanggapi kunjungan yang dilakukan selama 123 menit tersebut, Haedar menyampaikan bahwa ada tiga poin utama yang dibicarakan.

Pertama, poin bahwa bangsa ini perlu maju dan kuat dengan pembangunan karakter berbasis agama, pancasila dan nilai luhur bangsa.

“Kita berharap umat ini menjadi umat yang tidak hanya religius, tapi juga berkemajuan,” ungkapnya.

Poin kedua, dalam bidang ekonomi menurut Haedar mayoritas masyarakat harus diberdayakan.

“Di sini ada titik temu antara kami. Muhammadiyah sering bersuara tentang kesenjangan sosial. Arus baru ekonomi Indonesia yang diwacanakan Kyai harus berkeadilan sosial di mana negara harus hadir. Tentu perjuangan politik Kyai adalah untuk mewujudkan itu,” tutur Haedar.

Poin ketiga adalah problem kemanusiaan yang menjadi ranah seluruh elemen bangsa.

“NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya mayoritas berbangsa dalam koridor pancasila, yang dalam istilah kami Darul Ahdi Wassyahadah, atau dalam istilah NU Darul Mitsaq. Tinggal bagaimana agar tidak ada lagi konflik ideologi, agar seluruh komponen bangsa dalam koridor pancasila dapat maju bersama,” imbuhnya.

Lebih lanjut Haedar menegaskan bahwa posisi Muhammadiyah secara kelembagaan tetap konsisten untuk tidak terlibat dalam politik praktis dan mendukung salah satu pasangan calon.

“Tetapi terserah bagi warga Muhammadiyah mau memilih yang mana. Perbedaan politik tidak mejadikan kita rusak ukhuwah,” pungkasnya. (Vina)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here