Bersandarlah, Maka Pasti Rindu

1089

Oleh: Habib Abdul Rahman Al-Habsyi (Majelis Sahabat Iman)

Puasa mengajarkan kepada kita bahwa Allah SWT adalah sandaran hidup manusia.

Kebutuhan manusia kepada tauhid (Iman kepada Allah SWT) itu jauh lebih besar daripada kebutuhannya kepada segala sesuatu.

Sebagaimana manusia membutuhkan makanan dan minuman, maka kebutuhan manusia kepada tauhid dan iman bahkan jauh lebih besar dan lebih mendesak dari segala kebutuhan.

Karena sesungguhnya kebaikan seorang insan hanya akan terwujud dengan penghambaan dan ketaatan kepada Rabbnya, yaitu Allah ‘azza wa jalla.

Allah selalu menemani dalam keadaan apapun. Sedih, susah, senang, bahagia, bahkan galau sekalipun.

Bila kita merasa takdir tak seperti yang diharapkan, bukan lantas kita menyalahkan Allah dan memvonisnya tidak adil, tetapi cobalah petik hikmah dibaliknya. Mungkin kita lupa memetik hikmah didalam setiap perkara.

Ketika kita merindukan Allah pernahkah kita menggebu-gebu untuk segera bisa bertemu dengannya? Bahkan lebih sering, perasaan yang kita miliki hanya sekedarnya saja 😭, padahal Allah adalah Dzat yang telah memberikan kita rasa untuk bisa mencicipi rasanya yang dikatakan rindu, tapi setelah kita mulai nyaman dengan rasa itu kita lupa kepadaNYA, kita lupa untuk merindukanNYA. Bahkan lebih besar kita merindukan MakhlukNYA.  Sungguh terlalu kita ini🙁

Meskipun Allah tahu hati kita jarang merindukanNYA, ia tidak pernah sekalipun meminta kembali nikmat yang sudah terlanjur diberikan kepada kita, Allah tetap menanamkan rasa rindu itu untuk kita, meskipun kita tak pernah mensyukurinya.

قَالَ شَقِيقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ: وَافَقَنِي النَّاسُ فِي أَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ قَوْلًا، وَخَالَفُونِي فِيهَا فِعْلًا: أَحَدُهَا أَنَّهُمْ قَالُوا: إِنَّا عَبِيدُ اللَّهِ تَعَالَى، وَيَعْمَلُونَ عَمَلَ الْأَحْرَارِ، وَالثَّانِي قَالُوا: إِنَّ اللَّهَ كَفِيلٌ لِأَرْزَاقِنَا، وَلَا تَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ إِلَّا مَعَ شَيْءٍ مِنَ الدُّنْيَا، وَالثَّالِثُ قَالُوا: إِنَّ الْآخِرَةَ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا، وَهُمْ يَجْمَعُونَ الْمَالَ لِلدُّنْيَا، وَالرَّابِعُ قَالُوا: لَا بُدَّ لَنَا مِنَ الْمَوْتِ، وَيَعْمَلُونَ أَعْمَالَ قَوْمٍ لَا يَمُوتُونَ..

Abu Al-Laits as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin mengutip perkataan Syaqiq bin Ibrahim: “Ada empat kesamaan pendapat manusia denganku, tetapi berbeda dalam mempraktikkannya.

Pertama, mereka berkata: Kami adalah hamba Allah, tetapi mereka melakukan perbuatan para majikan.

Kedua, mereka mengatakan bahwa Allah telah menjamin rezeki, tetapi hati mereka tak tenang bila tak ada uang.

Ketiga, mereka mengatakan akhirat lebih utama daripada dunia, tetapi mereka menumpuk harta untuk urusan dunia.

Keempat, mereka mengaku akan mati, tetapi mereka melakukan perbuatan orang-orang yang seakan-akan tak pernah mati.

Selamat menjadi hamba-NYA, selamat menjalankan ibadah puasa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here